Hard News

Banjir Hoaks, Ganjar Ajak Masyarakat Cerdas Bermedia

Jateng & DIY

30 Maret 2021 13:31 WIB

Ilustrasi (Pixabay)

SOLO, solotrust.com - Hoaks atau berita bohong memang sangat meresahkan karena merugikan masyarakat, betul kan Solotrusters? Lalu bagaimana cara menyikapi hoaks yang sering banget beredar di media sosial?

Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengajak masyarakat untuk semakin cerdas bermedia di era digital ini.



"Urgensi penyiaran digital hari ini menjadi PR (pekerjaan rumah) kita semua, di mana perubahan infrastruktur menuju digital harus diikuti dengan cepat. Kalau tidak bisa menyesuaikan pasti akan dilibas dan ini diikuti dengan berkembangnya media sosial," tutur Ganjar Pranowo ketika menjadi pembicara kunci pada acara Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa, mengusung tema Cerdas Bermedia di Era Penyiaran Digital dengan topik "Komitmen Pemerintah Daerah dalam menghadapi Penyiaran Digital".

Data menunjukkan, 93,3% masyarakat Jateng masih mengonsumsi media televisi, 73,4% mengonsumsi media online, dan 73,4% aktif di media sosial. Pengguna media sosial di Jawa Tengah didominasi Facebook (73,4%), disusul Instagram 39,6% dan sisanya 10,2% Twitter.

Berdasarkan data APJII, pengguna internet pada 2020 di Indonesia mencapai 199,71 juta jiwa. Pengguna internet di Jawa Tengah menjadi yang tertinggi kedua setelah Jawa Barat, mencapai 26,536 juta jiwa.

Dengan tingginya penggunaan media internet, gubernur mengajak masyarakat untuk cerdas bermedia. Dalah hal ini harus cerdas memilih informasi, cerdas menyebarkan informasi, dan cerdas menyikapi informasi.

"Cerdas menggunakan media ini ada dokumentasi, ada hiburan, bagaimana mencari informasi, bagaimana ada nilai tambah untuk iklan dan sebagainya. Terus kemudian ada kepentingan lain yang positif seperti pembelajaran dan ekspresi, dan komunikasi antarpengguna," paparnya.

Tingginya jumlah pengguna internet menyebabkan media digital streaming makin marak. Dampaknya, masyarakat mudah memiliki gawai, masyarakat bisa menjadi penyedia informasi, diversifikasi konten dan potensi disinformasi memunculkan kabar bohong (hoaks).

Sejauh ini di antara jenis hoaks paling besar adalah sosial politik dan SARA. Alasan penyebaran hoaks paling utama adalah karena dapat memengaruhi opini publik.

Menyikapi berita bohong, cara paling efektif untuk menghambat penyebaran hoaks adalah mengedukasi masyarakat. Selain itu, semua elemen masyarakat turut bertanggung jawab terhadap penanggulangan penyebaran hoaks, dimulai dari diri sendiri, pemerintah, komunitas, kepolisian, dan pemuka masyarakat.

Ganjar Pranowo mengajak masyarakat untuk pilih dan pilah informasi. Ketika menerima informasi harus diteliti terlebih dulu. Terutama bila sumber tidak jelas, gaya bahasa berlebihan, peristiwa bombastis, ada ajakan viralkan, tautan berita tidak valid, dan kutipan tidak kompeten.

"Terakhir, cerdas menyikapi informasi. Mendengar, melihat, menonton, mencerna, dan mengambil sisi positifnya serta persepsi yang menjadi aksi positif," pungkasnya. (rum)

Acara Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa diadakan di Pendhapi Gede Balaikota Solo, Senin (29/03/2021). Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian acara peringatan Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) ke-88.

(redaksi)

Berita Terkait

Berita Lainnya