Hard News

Kementan RI Gencarkan Inovasi Teknologi Menuju Swasembada Pangan

Hard News

19 September 2018 06:12 WIB

Suasana seminar dan workshop inovasi teknologi oleh Kementan RI di Hotel Alila Solo, Selasa (18/9/2018).

SOLO, solotrust.com- Pemerintah terus berupaya melakukan inovasi teknologi pertanian ramah lingkungan untuk mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan.

Untuk itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian RI menggelar Workshop dan Seminar Internasional di Hotel Alila Solo, Selasa - Kamis (18 - 20/9/2018).



Seminar dan workshop tersebut mengusung tema “Innovation of Environmental Friendly Agricultural Technology Supporting Sustainable Food Self-Sufficiency."

Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian RI, Yiyi Sulaeman menerangkan inovasi teknologi pertanian ramah lingkungan untuk mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan.

"Upaya mencapai dan mempertahankan swasembada memerlukan sarana produksi yang mendukung dan bersifat ramah lingkungan. Ketahanan dan keamanan pangan menjadi isu global yang penting untuk diperhatikan dalam upaya memasuki pasar bebas dunia," tuturnya, Selasa (18/9/2018).

Menurutnya, pada praktik budidaya, petani cenderung menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebih. Akibatnya, dapat mengurangi kualitas dan keamanan produk pertanian selain juga mencemari tanah, air dan tanaman.

Inovasi teknologi untuk minimalisasi cemaran pestisida maupun logam berat di lahan pertanian antara lain urea berlapis arang aktif / biochar, biochar - kompos, biopestisida, fitoremediator, Filter inlet outlet, alat deteksi cepat residu pestisida (PURP), dan lain-lain.

"Semua teknologi tersebut bersifat inovatif dan ramah lingkungan," imbuhnya.

Lebih lanjut ia mencontohkan, penanaman varietas rendah emisi, pengelolaan pupuk nitrogen slow release, pengelolaan air secara intermitten merupakan teknologi unggulan dalam menurunkan emisi GRK sektor pertanian.

"Inovasi teknologi tersebut merupakan bagian dari teknologi ramah lingkungan yang mendukung swasembada pangan berkelanjutan," kata Yiyi.

Workshop diikuti oleh 120 peserta dan pakar, dari luar dan dalam negeri. Seperti CSIRO (Australia), Croplife (Singapura), KMMYT (Thailand), CIAT (Vietnam), UGM, UNDIP, UNS, IPB, dan Kementerian LHK.

Pihaknya berharap, workshop bermanfaat untuk menghimpun dan menyebarluaskan hasil-hasil penelitian ramah lingkungan. Serta membangun komunikasi antar pemangku kepentingan terkait pertanian ramah lingkungan.

"Dengan melakukan ekspose inovasi teknologi pertanian ramah lingkungan ini diharap mendukung swasembada pangan berkelanjutan," pungkasnya. (Rum)

(wd)