Serba serbi

Inggris Bisa Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022 Menggantikan Qatar

Olahraga

31 Juli 2018 07:02 WIB

Qatar memenangkan hak untuk menjadi tuan rumah 2022 dengan mengalahkan tawaran Amerika Serikat di putaran final pemungutan suara. (The Sun)

SOLO, solotrust.com – Inggris menjadi salah satu negara yang mungkin bisa menggantikan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Hal itu mengemukan setelah Qatar dinilai melakukan trik kotor agar bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia.

Melansir The Sun, penyelidikan Sunday Times mengklaim bahwa tawaran Qatar untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 diduga menggunakan trik kotor untuk menghabisi lawan mereka, terutama Amerika Serikat dan Australia.



“Menargetkan kriteria utama FIFA yang mengatakan bahwa tawaran harus mendapat dukungan kuat di negara mereka sendiri, Qatar membayar perusahaan PR (Public Relations) dan mantan agen CIA untuk menyebarkan propaganda palsu tentang tawaran pesaing yang tidak didukung di wilayah mereka sendiri, menurut seorang pengungkap fakta,” tulis The Sun, Senin (30/7/2018).

Dengan dugaan seperti itu, Qatar bisa melanggar aturan FIFA. Ditambah Mohamed bin Hammam, mantan presiden Qatar dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), ditemukan telah membayar anggota asosiasi sepak bola lainnya untuk mendukung tawaran negaranya pada tahun 2014 lalu.

Atas kabar tersebut, FA langsung mengajukan penawaran ulang, setelah sempat mengajukan untuk menjadi tuan rumah pada 2018.

Lord Triesman, yang memberikan tawaran tersebut, meminta FIFA untuk kembali mempertimbangkan tuduhan terhadap Qatar. Bahkan ia meminta FIFA untuk melihat keseluruhan laporan investigasi dan berani mengambil sikap.

"Kewajiban FIFA adalah untuk melihat bukti secara menyeluruh dan cepat dan memiliki keberanian untuk mengambil keputusan yang mungkin sulit. Jika Qatar terbukti melanggar peraturan FIFA, maka mereka tidak bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia. Saya pikir itu tidak akan salah bagi FIFA untuk mempertimbangkan kembali Inggris dalam situasi seperti itu. Kami memiliki kemampuan,” ujarnya.

Sementara itu seorang pejabat FIFA mengatakan kepada Times bahwa klaim itu datang terlambat dan dengan bukti yang sedikit. "Tidak ada keinginan nyata untuk memindahkannya sekarang," kata sumber yang dirahasiakan.

FIFA disebut khawatir apabila beralih dari Qatar akan memicu pertempuran hukum yang mahal dan berlarut-larut.

(way)

Berita Terkait

Berita Lainnya