Pend & Budaya

Mahasiswa UNS wakili Asia Tenggara di kompetisi SOS Summit 2018, Washington DC USA

Pend & Budaya

16 Juli 2018 12:04 WIB

SOS Summit 2018.

SOLO,solotrust.com- Delegasi dari UniversitasSebelas Maret (UNS) Surakarta Alifa Salsabila (Mahasiswa Fakultas Hukum 2014), terpilih sebagai pemenang yang menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam SOS Summit 2018, mewakili Asia Tenggara bersama satu pemenang lainnya, Nur Alia Abdul Bari dari Brunai Darussalam. Kompetisi ini diikuti oleh 31 peserta dari seluruh Asia Tenggara dengan 9 diantaranya adalah peserta dari Indonesia. Adapun beberapa peserta kompetisi dari Indonesia ini adalah dua mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), satu mahasiswa Universitas Parahyangan (UNPAR), dan satu mahasiswa Universitas Udayana (UNUD).

Students Opposing Slavery (SOS) Summit adalah program pendidikan pemuda pemenang penghargaan bagi siswa yang berdedikasi untuk melanjutkan perjuangan Lincoln untuk kebebasan dengan meningkatkan kesadaran tentang perbudakan modern dalam populasi berisiko tinggi, yakni remaja. SOS Summit sebagai Pertemuan Tingkat Tinggi (PTT) diadakan di President Lincoln’s Cottage, Washington DC, USA, yakni rumah musim panas Presiden Abraham Lincoln dimana Ia pernah menghabiskan satu per empat masa jabatannya mencari solusi mengakhiri perang sipil Amerika Serikat (AS), yang terjadi karena perbedaan pihak negara-negara bagian AS yang menentang dan mendukung perbudakaan menjadi hal legal di AS.



Pada PTT ini, puluhan remaja dari seluruh dunia berkumpul untuk mendapatkan sumber daya dan pelatihan untuk mengambil tindakan melawan perdagangan manusia di komunitas mereka sendiri. Dimulai pada tahun 2012, dalam perkembangannya PTT ini bekerjasama dengan United States Agency for International Development (USAID) dan organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yakni International Organization for Migration (IOM) melalui kantornya yang berkedudukan di Bangkok, Thailand, yakni IOMX. Adapun kompetisi yang diselenggarakan IOMX di Asia Tenggara untuk menyeleksi dua peserta SOS Summit 2018 dilakukan dengan mengunggah rekaman diri berbentuk video berdurasi singkat (tiga puluh detik) menceritakan alasan mengapa pemuda perlu memperhatikan isu perdagangan manusia dan perbudakan modern serta aksi apa yang pemuda tersebut lakukan dalam perjuangan untuk mengakhirinya.

Alifa berharap ilmu dan koneksi yang Ia dapatkan dari summit ini dapat membantunya menyebarkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan rentannya kejahatan ini terjadi pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja, serta bagaimana kejahatan ini sangat berhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

 “Ya semoga bisa menginspirasi dan memotivasi teman-teman, serta generasi muda pada umumnya, untuk mau tergerak untuk peduli dan ikut berjuang mengakhiri kejahatan ini dimulai dari hal terkecil yang bisa seseorang lakukan.” Tuturnya.

Alifa percaya, kaum muda adalah kaum penggerak masa depan yang influential. “kita dapat menjadi generasi yang mengatakan cukup terhadap kejahatan ini.”

Pada akhir kegiatan, Alifa memperkenalkan tokoh wayang Bima dari Indonesia yang merupakan ksatria yang memiliki kegigihan dalam memperjuangkan kebenaran, tidak berbeda dari Abraham Lincoln. Alifa dan partisipan lainnya pun menerima penghargaan dari President Lincoln’s Cottage.

(wd)