Hard News

Cotton Council Indonesia Sosialisasikan US Cotton ke Market Solo Raya

Jateng & DIY

12 Mei 2018 11:03 WIB

API bekerjasama dengan CCI menggelar seminar terkait kapas dari Amerika, Jumat (11/5/2018) di Hotel Alila Solo. (solotrust.com/rum)

SOLO, solotrust.com - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Tengah (Jateng) bekerjasama dengan Cotton Council International (CCI) menggelar seminar pada Jumat (11/5/2018) di Hotel Alila Solo.

CCI adalah asosiasi perdagangan nirlaba yang memromosikan kapas dan produk kapas asal Amerika Serikat (AS) bermerek dagang Cotton USA. Seminar tersebut bagian dari agenda Indonesian Cotton Day oleh Cotton USA.



Bertujuan memberi informasi terkini terkait produksi kapas di Amerika Serikat, kegiatan Cotton USA di dunia, dan informasi terkait Cotton USA kepada pelaku tekstil Indonesia.

API Jateng berperan memfasilitasi komunikasi industri garmen dan teksil serta fesyen desainer dengan CCI tersebut melalui seminar bertajuk "Advantages of US Cotton in Textiles Products and Future Fashion Trends in Global Market."

Program Representative of CCI in Indonesia, Anh Dung (Andy) Do, menilai penting isu penggunaan katun AS sebab industri garmen berkembang pesat di Jateng dan Jogja termasuk Solo, bahkan telah berorientasi ekspor. Dimana konsumen suka produk garmen dari bahan katun terutama katun AS yang terjamin berkualitas dengan harga premium. Brand-brand besar di industri fesyen dunia kebanyakan pakai katun AS.

“Kalau mau memroduksi garmen dari katun AS, maka industri di Solo dan Jateng harus tahu, kami mendorong mereka membuat materi dari katun AS untuk memperkuat pasar ekspor. Dampaknya bisa dapat devisa dan profit itu datang dari kualitas produk yang tinggi,” terangnya pada media, Jumat (11/5/2018).

Selain ekspor, pasar dalam negeri dinilai potensial sebab CCI mengestimasi saat ini ada 20 juta - 30 juta orang di Indonesia segmen menengah ke atas. Sehingga industri garmen dan fesyen bisa menangkap peluang dengan memproduksi produk berkualitas. Untuk itu industri dan fesyen desainer perlu tahu tren fesyen terkini.

“Kami berharap industri fesyen dan fesyen desainer yang hadir dalam seminar ini bisa menyerap informasi positif yang narasumber bagikan,” imbuhnya.

Perwakilan API Jateng, Linda Sitompul mengungkap industri tekstil dan garmen dalam negeri bersaing ketat dengan Vietnam dan Kamboja. Namun, ia yakin industri tekstil masih berpeluang berkembang. Terlebih, industri tekstil anggota API mulai membidik pasar ekspor ke negara-negara baru, salah satunya Afrika.

“Beberapa industri pelan-pelan menggarap pasar Afrika tapi penuh resiko sehingga harus melalui pihak ketiga. Eropa dan AS tetap menjadi pasar utama meski persaingan di sana semakin ketat,” terangnya. (Rum)

(wd)