Hard News

Marak Kekerasan Seksual di Sekolah, Awas Tren Korban Berubah!

Hard News

24 Maret 2018 21:53 WIB

Ilustrasi (pixabay.com)

JAKARTA, solotrust.com - Kasus kekerasan seksual belakangan ini cenderung meningkat, bahkan seperti menjadi tren negatif. Mirisnya lagi, banyak kasus terjadi di lingkungan sekolah. Tak hanya itu, tren korbannyapun cenderung berubah.

Demikian disampaikan Komisioner Bidang Pendidikan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, pekan ini, dilansir dari laman resmi Komisi Perlindungan Anak Indonesia, kpai.go.id, Sabtu (24/03/2018).



Kasus kekerasan terjadi di sekolah, menurut Retno Listyarti telah mencoreng dunia pendidikan. Kebanyakan kekerasan terhadap anak didik dilakukan guru, kepala sekolah, petugas sekolah, bahkan sesama anak didik.

“Kasus kekerasan seksual oknum guru terhadap peserta didik yang viral di media membuat kita miris. Meski tidak dilaporkan langsung ke KPAI, tetapi KPAI tetap melakukan pengawasan langsung. Ada sekitar 13 persen kasus yang tidak dilaporkan, tapi kita lakukan pengawasan,” ungkapnya.

Retno Listyarti mengatakan, berbagai kasus kekerasan seksual dilakukan oknum guru terhadap anak didiknya, seolah menjadi tren. Ironisnya, sekolah seharusnya menjadi tempat aman dan nyaman bagi anak didik, justru jadi tempat bahaya bagi anak-anak.

Kasus kekerasan seksual terhadap anak didik, sebagian besar dilakukan di lingkungan sekolah. Seperti di toilet, ruang kelas, ruang OSIS, bahkan di ruang penyimpanan karpet. Terjadi pula saat kegiatan ekstrakurikuler seperti di perkemahan dan bus pariwisata.

Dalam beberapa kasus, pelaku melakukan aksi bejatnya sudah beberapa bulan. Bahkan ada yang sudah bertahun-tahun. Kebanyakan korban enggan melapor karena ancaman atau merasa malu lantaran dianggap aib.

Lebih lanjut, Retno Listyarti menjelaskan, ada perubahan tren korban. Jika dulu korban kebanyakan anak perempuan, namun data terakhir justru korban mayoritas anak laki-laki.

“Korban mayoritas berusia SD dan SMP. Misalnya, kasus kekerasan seksual oknum guru di Kabupaten Tangerang, korbannya mencapai 41 siswa laki-laki. Kasus di Jombang Jawa Timur, korbannya mencapai 25 siswi. Kasus di Jakarta, korbannya 16 siswa laki-laki. Kasus di Cimahi korbannya tujuh siswi dan kasus oknum wali kelas SD di Surabaya, korbannya mencapai 65 siswa,” ungka dia.

Guru pelaku kekerasan seksual di sekolah juga beragam. Ada guru berstatus sebagai wali kelas. Kasus ini umumnya terjadi di jenjang sekolah dasar. Sedangkan di SMP dan SMA atau sederajat, pelaku adalah oknum guru mata pelajaran.

(and)