Serba serbi

Anis Kurniasih, Seniman Muda yang Jatuh Cinta pada Bolpoin

Musik & Film

18 Maret 2018 16:44 WIB

Anis Kurniasih, si pelukis dengan bolpoin. (solotrust.com/mia)

SOLO, solotrust.com- "Jika tidak bisa yang paling bagus, jadilah yang paling  beda." Begitulah trik yang diungkap seniman muda Anis Kurniasih dalam memenangkan kompetisi menggambar. Kebanyakan pelukis memilih melukis menggunakan kuas, cat serta kanvas sebagai medium dalam berkarya. Lain halnya dengan Anis yang lebih memilih menggunakan melukis menggunakan bolpoin.

Lewat lukisan bolpoin, lulusan Seni Rupa Murni Universitas Sebelas Maret (UNS) ini berhasil mengantongi berbagai penghargaan. Salah satunya yaitu pemenang kategori pendatang baru di ajang kompetisi bergengsi UOB Painting of the Year 2017. Sukses dengan itu, Anis lanjut tengah menggelar pameran tunggal bertajuk Fabula di Balai Soedjatmoko Solo beberapa waktu lalu.



Kepada Solotrust.com, Anis bercerita dengan perjalanan karier yang tengah ditekuninya ini. Wanita asli Wonogiri ini mengaku baru berkecimpung di dunia seni rupa bolpoin sekitar akhir tahun 2015.

"Waktu itu sempat kerja nge-desain batik kan. Jadi saya desainnya langsung pakai bolpoin. Soalnya, kalau ornamentik itu enaknya pakai bolpoin. Ya udah saya coba kembangin kan, jadi nggak cuman di desain batik tapi juga di karya seni murni," kata dia.

Terlebih lagi, lanjut Anis, melukis menggunakan bolpoin masih dianak tirikan di dunia seni rupa. Sebab, tinta bolpoin dianggap kurang tahan lama jika dibandingkan menggunakan cat. Kendati demikian, Anis malah menjadi merasa tertantang untuk mempopulerkan seni lukis bolpoin.

Menurutnya, seni lukis bolpoin memiliki keunggulan tersendiri. Misalkan ketika ide datang, dia langsung bisa menuangkan idenya dimana dan kapan pun. "Enaknya pakai bolpoin itu bisa spontan. Jadi idenya nggak hilang," ungkap Anis.

Jika melihat karya-karyanya, kebanyakan lukisannya bergaya surealis. Objek yang digambarnya menyerupai bentuk hewan mutan seperti kelici bersayap burung, bebek bertubuh kura-kura. Kata dia, bentuk tersebut merepresentasikan diri manusia yang pola pikir dan cara hidupnya dibangun oleh berbagai perspektif.

Ketika ditanya lebih jauh soal aliran lukisannya, dia mengaku hanya melukiskan isi pikirannya saja. "Banyak yang bilang surealis, tapi saya sendiri nggak bisa mengidentifikasikan. Saya cuman gambar yang dipikiran saya gimana. Yang saya suka apa," terangnya. (mia)

(wd)