Hard News

Iradiasi Nuklir Bisa Dimanfaatkan Untuk Mempercepat Masa Panen Padi

Jateng & DIY

8 Maret 2018 09:46 WIB

Seminar nasional. (solotrust.com/mia)

Solotrust.com- Ketersediaan pangan selalu menjadi masalah krusial di Indonesia. Sebagaimana yang terjadi belum lama ini, pemerintah terpaksa harus mengimpor beras dari  Vietnam dan Thailand untuk menambah stok beras yang akhir-akhir ini mengalami penurunan.

Turunnya produksi hasil pertanian ini dipengaruhi banyak faktor, antara lain kondisi cuaca yang tak menentu dan makin sempitnya lahan pertanian. Seiring bertambahnya penduduk, banyak lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan non pertanian seperti perumahan, jalan, dan lain sebagainya.



Untuk mengatasi masalah krisis pangan, pemerintah dapat memperhitungkan pemanfaatan teknologi nuklir seperti yang dilakukan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Kedua institusi itu bekerja sama mengembangkan varietas beras hitam dengan menggunakan iradiasi nuklir.

Beras hitam diketahui mengandung antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan dan antikolesterol bagi tubuh. Selain itu, beras jenis ini juga mengandung zat besi 3 kali lebih besar dibanding beras putih. Sayangnya, padi atau beras hitam ini umur tanamnya butuh waktu yang lama dan batangnya pun mudah rebah. Tapi dengan menggunakan teknologi radiasi nuklir, usia tanam beras ini dapat dipersingkat.

"Sekitar 4 bulan kita sudah bisa panen. Kita sudah memajukan kalau tidak salah sekitar 22-24 hari. Jadi lebih cepat panennya. Kita juga berhasil memendekkan (batang) padi sehingga kokoh," kata Prof. Drs. Sutarno, M.Sc. Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang Akademik di Aula FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo (05/03/2018).

Namun, penelitian itu belum sepenuhnya sempurna. Kata Sutarno, pihaknya masih harus memperbaiki kualitasnya lagi agar hasilnya maksimal. "Saat ini kita tinggal memperbaiki kualitas. Setelah berhasil, produknya lebih baik, kualitas lebih baik, umur lebih pendek, baru nanti akan kita lepas ke masyarakat bisa menggunakannya," lanjutnya.

Akan tetapi, pemanfaatan teknologi nuklir untuk sektor pertanian ini masih menyisakan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Misalkan seperti aman atau tidaknya mengonsumsi produk yang diradiasi. Kepala Badan Pengawas Teknologi Nuklir (BAPETEN), Jazi Eko Istiyanto pun memastikan bahwa produk yang diradiasi nuklir tidak berbahaya sepanjang dosis radiasinya sesuai dengan aturan. (mia)

(wd)