Ekonomi & Bisnis

Dorong Perkembangan Ekonomi Syariah di Solo, BI Ajak Stakeholder Bersinergi

Ekonomi & Bisnis

12 Mei 2021 20:33 WIB

Silaturahmi dan diskusi para pemangku kepentingan ekonomi syariah se-Solo di BI, Senin (10/05/2021)

SOLO, solotrust.com - Ekonomi Syariah (Eksyar) dinilai sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru dengan potensi baik sehingga dapat berkontribusi lebih aktif dalam pemulihan ekonomi nasional.

Potensi tinggi eksyar di Indonesia dipengaruhi sejumlah faktor seperti jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Tidak mustahil jika Indonesia menjadi pemain utama di industri halal global.



Meski pengembangan eksyar di Indonesia sudah berlangsung lama, namun pertumbuhan eksyar dinilai belum secepat yang diharapkan. Hal itu diungkapkan oleh Kepala KPw BI Solo Nugroho Joko Prastowo usai acara Dialog Stakeholder Ekonomi dan Keuangan Syariah (Eksyar) di BI, Senin, 10 Mei 2021.

"Data menunjukkan hampir tiga dekade sejak industri perbankan syariah ada di Indonesia, industri ini tidak berkembang signifikan bahkan relatif stagnan dengan pangsa pasar atau market shaare di kisaran 5 %," tuturnya pada media, Senin (10/5/2021).

Menurutnya, dalam 3-4 tahun terakhir memang mengalami peningkatan karena konversi beberapa bank umum konvensional menjadi bank umum syariah sehingga pangsa pasar meningkat sedikit menjadi 6,55 % per Januari 2021.

Hal ini sangat disayangkan, apalagi perkembangan industri halal justru cukup pesat di sejumlah negara non muslim. Berbagai negara yang tidak berpenduduk mayoritas muslim justru memfokuskan pengembangan industri halal menjadi strategi sumber pertumbuhan baru.

Menurut Joko, eksyar berperan penting bagi perekonomian karena mengedepankan mekitraan berkeadilan, mencegah spekulasi non produktif pemicu ketidakstabilan, dan memandang kelestarian alam sebagai amanah yang harus dijaga.

Dengan mempertimbangkan besarnya pangsa pasar Indonesia dan tren industri halal global tersebut, BI menilai pengembangan eksyar nasional sangat penting.

"Eksyar berpotensi sebagai sumber pertumbuhan baru, memperbaiki stabilitas ekonomi dan keuangan domestik sehingga bisa tumbuh lebih berkelanjutan dan berkeadilan. Pertumbuhan Eksyar perlu mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga dapat berkembang maksimal dan berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional," paparnya.

Bank Indonesia sendiri sejak 2017 telah mengeluarkan cetak biru (blueprint) Ekonomi dan Keuangan Syariah untuk mendukung Indonesia sebagai negara pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia.

Di Soloraya sendiri, terdapat para pemangku kepentingan (stakeholder) Eksyar seperti MUI, Kemenag, Muhammadiyah, NU, BAZNAS, Asbisindo, Masyarakat Ekonomi Syariah, Forum Zakat, Hebitren, Dewan Masjid Kota Solo, akademisi dan lain-lain.

Menurutnya, para pemangku kepentingan tersebut telah menjalankan peran masing-masing selama ini. Namun diperlukan sinergi dari pemda, otoritas terkait, praktisi, akademisi dan masyarakat secara luas untuk meningkatkan peran dan kontribusi bagi pemulihan ekonomi nasional daerah.

Sementara itu, dengan adanya diskusi dan silaturahmi stakeholder Eksyar Solo tersebut diharapkan dapat mempererat sinergi, pemulihan dan akselerasi pada tahap selanjutnya akan semakin efisien dan efektif.

"Berikutnya akan diadakan forum silaturahmi secara berkala. Dengan agenda selanjutnya, mengidentifikasi kegiatan yang dibutuhkan untuk pengembangan eksyar dan menetapkan tindak lanjut sebagai program di 2021," jelasnya.

Salah satu program yang pernah dilaksanakan dan akan dihidupkan kembali, antara lain literasi eksyar dan kegiatan yang memotivasi pelaku usaha eksyar. (rum)

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya