Hard News

Cegah Radikalisme Kaum Milenial, Peran Orang Tua Jadi Kunci

Jateng & DIY

04 Mei 2021 09:59 WIB

Ngabuburit dan Silaturahmi antara PWI Solo, Polda Jateng, dan Yayasan Gema Salam, Senin (03/05/2021) di Adhiwangsa Hotel Solo

SOLO, solotrust.com - Peran orang tua dinilai paling penting dalam mencegah radikalisme menyusup kaum milenial. Hal itu terlontar dalam acara Ngabuburit dan Silaturahmi antara PWI Solo, Polda Jateng, dan Yayasan Gema Salam, Senin (03/05/2021) di Adhiwangsa Hotel Solo.

Salah satu narasumber, mantan narapidana terorisme, Joko Suroso alias Joko Padang menyebutkan, kasus bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan dan upaya penyerangan Mabes Polri beberapa waktu lalu mengungkapkan beberapa fakta baru. Salah satunya, kedua aksi itu melibatkan generasi milenial.



"Dalam hal ini, diperlukan peran orang tua yang cukup besar sebagai pencegahan. Idealisme kaum milenial cukup tinggi dan akan diperjuangkan hingga tercapai, termasuk jika masuk dalam paham terorisme. Apalagi jika dikaitkan dengan sentimen agama, maka sangat mudah sekali untuk dimasuki," urainya.

Joko menambahkan, orang tua wajib memerhatikan berbagai aktivitas anak mulai pergaulan, sekolah, hingga tempat ibadah. Dalam hal ini, lanjutnya, semua anak bisa menjadi sasaran.

"Semua anak bisa jadi sasaran. Tidak harus itu orang Muhammadiyah maupun NU. Siapa saja bisa direkrut. Jika ada semangat dan momentum yang tepat, misalnya isu ketidakadilan dan penindasan, maka semakin mudah untuk masuk," imbuh sosok yang pernah masuk jaringan teroris Noordin M Top dan Dr Azhari.

Di lain sisi, Joko tidak memungkiri butuh waktu lama dan tidak bisa secara instan. Orang tua harus bisa mengarahkan anak untuk memilih komunitas pergaulan.

"Seperti anaknya menghadiri diskusi kok mengarahnya semakin keras dan orang tua tidak didengarkan, nah itu ada indikasi. Ini harus diperhatikan," bebernya.

Sementara itu, Direktur Amir Machmud Center (AMC), Dr Amir Machmud menambahkan, radikalisme sudah masuk semua kalangan, mulai aparatur sipil negara (ASN), pelajar, mahasiswa, anak hingga polisi.

"Paham radikalisme ini masuk ke beberapa level kalangan. Jangan sampai kita biarkan karena radikalisme tidak akan hilang, mengingat ini adalah ideologi," tukasnya.

Sementara itu, Dirintelkam Polda Jateng, Kombes Pol Jati Wiyoto Abadi mewakili Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi mengapresiasi kegiatan silaturahmi tersebut.

"Tugas Polri tidak hanya penegakan hukum saja, namun juga membangun sinergitas untuk membendung terorisme. Butuh dukungan semua pihak. Mudah-mudahan dengan kegiatan ini setidaknya kita bisa berbuat ke negara untuk memerangi radikalisme dan terorisme," pungkasnya. (awa)

(and_)