Hard News

Jokowi: Keterbukaan Informasi Jadi Faktor Penting Kesuksesan Penanganan Pandemi

Nasional

4 April 2021 09:31 WIB

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). (Dok. Istimewa)

JAKARTA, solotrust.com - Dalam Peringatan Hari Penyiaran Nasional ke-88, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan lembaga penyiaran di Indonesia atas tuntutan keterbukaan dan kecepatan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Hal itu disampaikan melalui akun YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (01/04/2021).

"Saat ini kita berada pada era keberlimpahan informasi. Setiap orang dapat dengan cepat memperoleh informasi. Setiap orang dapat dengan mudah memproduksi informasi. Setiap orang dapat dengan segera menyebarluaskan informasi. Konsekuensinya, keberlimpahan dan keterbukaan informasi adalah sebuah kebutuhan," ujarnya.



Kebutuhan akan keterbukaan dan kecepatan informasi sangat terasa di masa pandemi Covid-19. Masyarakat mencari informasi soal upaya pencegahan penularan virus hingga langkah-langkah pemerintah dalam menangani pandemi. Keterbukaan informasi juga menjadi salah satu faktor penting dalam kesuksesan penanganan pandemi.

"Alhamdulillah dengan informasi yang terbuka, transparan, akuntabel, bertanggung jawab, serta kerja sama antarsemua pihak, kita bisa segera membuat situasi kondusif dan terukur. Pemerintah juga dapat segera mengambil kebijakan yang tepat. Masyarakat juga dapat memahami dan menghadapi pandemi ini dengan informasi yang baik," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Jokowi menyampaikan terima kasih kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), lembaga penyiaran di pusat maupun daerah, serta berbagai pihak terkait yang telah bekerja sama menyajikan informasi akurat dan aktual sejak awal penanganan pandemi.

Melalui edukasi untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan dan menyebarluaskan berbagai kebijakan pemulihan ekonomi, masyarakat memperoleh informasi tentang cara menghadapi situasi pandemi dengan aman dan tetap produktif.

Ke depan, tantangan penyiaran dan pengelolaan informasi dirasa akan semakin besar. Digitalisasi informasi akan semakin mempermudah masyarakat untuk mengakses informasi yang mana membutuhkan pengawasan secara berimbang.

"Kita harus sama-sama menjaga agar masyarakat bisa memberi informasi yang akurat, berkualitas dan edukatif, meningkatkan literasi informasi kepada masyarakat, serta mengembangkan kanal-kanal baru yang kreatif agar diminati masyarakat untuk memperoleh informasi yang sehat dan akurat," katanya.

Selain itu, seluruh pihak juga harus memiliki semangat untuk bersama membuat dunia penyiaran Indonesia menjadi lebih baik dalam berbagai aspek. Mulai dari konten siaran, industri, hingga tumbuh kembang media-media penyiarannya. Masyarakat juga harus teredukasi agar makin cerdas dan kritis dalam memilah dan menyikapi informasi diterima.

"Dengan perbaikan dan penataan ekosistem media penyiaran yang berkelanjutan, saya meyakini industri penyiaran Indonesia akan semakin kuat dan tangguh, semakin diminati masyarakat dengan tampilan dan konten yang semakin berkualitas dan mencerdaskan," tandasnya. 

Tepat 88 tahun lalu atau pada 1 April 1933, lembaga penyiaran radio pertama milik bangsa Indonesia, Solosche Radio Vereeniging (SRV), berdiri di Surakarta. Mengingat hal itu, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 9 Tahun 2019, pemerintah menetapkan 1 April sebagai Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) untuk memperingati lahirnya lembaga penyiaran yang menjadi awal mula penyiaran di Indonesia. (rum)

(end2021)