Hard News

Kudeta Myanmar: Usai Facebook, Militer Blokir Twitter dan Instagram

Global

6 Februari 2021 14:35 WIB

Ilustrasi Twitter (Pixabay)

Solotrust.com - Aksi militer Myanmar terhadap pembungkaman komunikasi dan informasi usai kudeta awal pekan ini terus berlanjut. Setelah memblokir Facebook, kini giliran dua platform media sosial besar, Twitter dan Instagram turut dinonaktifkan.

Telenor, salah satu penyedia internet utama di Myanmar, mengkonfirmasi telah diperintahkan militer untuk menolak akses ke kedua situs itu hingga pemberitahuan lebih lanjut.



Para pemimpin kudeta, sebelumnya telah memblokir Facebook pada Kamis (04/02/2021) dengan alasan demi menjaga stabilitas negara.

Ada gerakan pembangkangan sipil yang berkembang atas penahanan para pemimpin Myanmar yang telah dipilih secara demokratis lewat pemilihan umum (Pemilu). Para pengajar dan mahasiswa berkumpul di Yangon pada Jumat (05/02/2021) untuk menyuarakan dukungan bagi pemimpin de facto negara itu, Aung San Suu Kyi serta anggota senior lainnya dari Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Melansir BBC, Sabtu (06/02/2021), Suu Kyi dikabarkan tengah menjalani tahanan rumah. Dokumen kepolisian menyebut pemimpin NLD itu dituduh mengimpor dan menggunakan peralatan komunikasi (walkie talkie) secara ilegal di rumahnya di Nay Pyi Taw.

Sebelumnya, banyak warga Myanmar mengakses informasi kudeta militer pada Senin (01/02/2021) secara real time di Facebook, di mana platform tersebut merupakan sumber informasi dan berita utama negara itu. Namun tiga hari kemudian, penyedia internet diperintahkan untuk memblokir Facebook atas alasan stabilitas.

Menyusul larangan itu, ribuan pengguna aktif di Twitter dan Instagram menggunakan tanda pagar (Tagar) untuk menyatakan penentangan mereka terhadap kudeta militer. Pada Jumat pukul 22:00 waktu setempat (15:30 GMT), akses ke kedua platform media sosial itu juga telah diblokir.

Tak ada pernyataan resmi dari para pemimpin kudeta militer, namun kantor berita AFP melaporkan telah melihat dokumen kementerian yang belum diverifikasi, mengatakan dua situs media sosial itu telah digunakan untuk memicu kesalahpahaman publik.

Penyedia telekomunikasi Norwegia, Telenor, menyatakan keprihatinan mendalam atas tindakan tersebut. Seorang juru bicara Twitter juga mengatakan upaya pemblokiran media sosial telah merusak hak orang untuk bersuara. Sementara Facebook yang juga menaungi Instagram, meminta pihak berwenang Myanmar untuk kembali memulihkan konektivitas, sehingga warga bisa berkomunikasi dengan keluarga dan teman serta mengakses informasi penting. (and)

(redaksi)