Hard News

Pakar Vaksinolog dan Spesialis Penyakit Dalam Sebut Vaksin Instrumen Penting Kendalikan Pandemi

Sosial dan Politik

17 Desember 2020 09:49 WIB

Vaksinolog dan Spesialis Penyakit Dalam, dr Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD

JAKARTA, solotrust.com – Beberapa negara seperti Amerika, Kanada, Uni Emirat Arab, dan Inggris sudah mulai melakukan vaksinasi Covid-19 sebagai upaya pencegahan spesifik terhadap penularan virus yang merenggut banyak korban. Indonesia juga sedang mempersiapkan vaksinasi Covid-19, saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedang mengevaluasi keamanan dan efektivitas vaksin Covid-19 yang tiba di Indonesia beberapa waktu lalu. 

Vaksinolog dan Spesialis Penyakit Dalam, dr Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD mengatakan jika vaksin merupakan instrumen penting untuk mengendalikan pandemi, vaksinasi juga harus dilakukan bersamaan dengan 3M secara konsisten.



“Saya sekarang melihat kecenderungan banyak orang berspekulasi, padahal ini masih berproses. Badan POM masih melakukan kajian-kajian dan tidak akan ada vaksinasi apa pun sebelum izin dari Badan POM keluar. Ini adalah upaya pemerintah untuk memastikan, vaksin yang kita gunakan betul-betul aman dan efektif,” kata Dirga Sakti Rambe dalam keterangan tertulis yang diterima solotrust.com, Rabu (16/12/2020), menanggapi dinamika di masyarakat yang sudah tidak sabar menunggu tahapan selanjutnya dari program vaksinasi ini.

Proses vaksinasi dinilai sebagai upaya pemerintah dalam menangani pandemi. 

“Tidak benar jika virus Covid-19 akan hilang dengan sendirinya, ada jutaan kematian akibat virus ini di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kita tidak bisa berdiam diri, ekonomi kita terpukul, bekerja juga menjadi sulit. Oleh karena itu perlu ada upaya-upaya ekstra, yaitu protokol kesehatan harus dijalankan secara konsisten, dengan adanya vaksinasi nanti diharapkan akan membantu karena vaksin memberi proteksi yang bersifat spesifik,” ujar Dirga Sakti Rambe. 

Sementara itu, Covid-19 memiliki spektrum gejala  luas pada penderitanya, mulai dari tidak bergejala sama sekali hingga bergejala berat yang menyebabkan proses identifikasi pasien menjadi semakin sulit.

“Bahkan penelitian menunjukkan bahwa 40 persen pasien Covid-19 tidak bergejala. Meskipun begitu, penting untuk diketahui, baik bergejala atau tidak, semua pasien Covid-19 ini bisa menularkannya ke orang lain,” terang Dirga Sakti Rambe.

Pernyataan itu lantas dibenarkan Cherryl Hatumesen, penyintas Covid-19. Pasalnya, selaku penyintas, ia awalnya tidak merasakan gejala berat sebelum akhirnya melakukan tes swab dan terbukti positif.

 “Virus Covid-19 ini benar-benar ada,  jadi sambil menunggu vaksin nanti, protokol 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) harus dijalankan. Selain itu dalam menghadapi Covid-19 memang perlu kedewasaan diri untuk tidak takut mengakui apabila tertular agar bisa melindungi orang-orang di sekitar kita,” paparnya.

Dr. Dirga juga menambahkan, pihaknya mengajak masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan 3M.

"Protokol kesehatan ini jangan sampai jadi slogan saja, sampai nanti setelah divaksinasi. Setiap upaya pencegahan tidak ada yang sempurna, jadi kita harus betul-betul melakukan semuanya,” terangnya. (elv)

(redaksi)