Hard News

Mengenang Kembali Kisah Terbakarnya Keraton Kasunanan Surakarta

Jateng & DIY

13 Oktober 2020 20:33 WIB

Bangunan Keraton Kasunanan Surakarta terbakar pada Jumat, 31 Januari 1985. (Foto: Instagram-@kasunananmangkunegaran)

Solotrust.com - Keraton Kasunanan Surakarta merupakan salah satu kerajaan penerus dinasti Mataram Islam di samping Keraton Kasultanan Yogyakarta, Pura Mangkunegaran, dan Pura Paku Alaman. Bangunan Keraton Kasunanan Surakarta sendiri masih berdiri kokoh hingga kini.

Namun, siapa sangka Keraton Kasunanan Surakarta pernah dilalap api dan menghanguskan lebih dari 70 persen bangunan. Keraton Kasunanan didirikan pada zaman pemerintahan Pakubuwono II atau saat pindah dari Keraton Kartasura akibat geger pecinan pada 1744.



Kebakaran menghanguskan delapan bangunan utama terjadi pada Jumat, 31 Januari 1985. Hal itu tentu menjadi peristiwa tak mengenakkan bagi kerabat keraton dan juga Pakubuwana XII selaku raja kala itu.

"Sebuah pukulan yang amat berat bagi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, terutama Susuhunan Pakubuwana XII sebagai penguasa Keraton Surakarta pada masa itu," tulis akun Instagram @kasunananmangkunegaran yang mengunggah kembali foto-foto kejadian saat Keraton Kasunanan Surakarta terbakar, Selasa (13/10/2020).

Bangunan yang terbakar dalam peristiwa tersebut ialah Ndalem Ageng Prabasuyasa, Paringgitan, Sasana Parasdya, Sasana Sewaka, Bangsal Paningrat, Bangsal Malige, Sasana Handrawina dan Ndalem Paku Buwanan serta Sanggar Singan.

Berbagai usaha dilakukan agar api cepat padam, namun tak ada satu pun yang berhasil memadamkan amukan si jago merah. Raja Susuhunan Pakubuwono XII pada saat itu nekat menerobos kobaran api yang masih menyala bersama para putra, sentana serta abdi dalem menuju Ndalem Prabasuyasa. Mereka berupaya menyelamatkan berbagai pusaka keraton dan barang lainnya.

Mengetahui bangunan Keraton Kasunanan Surakarta terbakar, Presiden Indonesia pada saat itu, Soeharto, membentuk tim bernama Panitia Swasta Pembangunan Kembali Keraton Surakarta. Tim ini terdiri atas unsur Markas Besar TNI AD, Departemen PU, Keraton Surakarta, dan swasta.

Bangunan Keraton Kasunanan Surakarta dibangun menggunakan konstruksi dari kayu jati sesuai kaidah bangunan tradisional, layaknya bangunan asli sebelum terbakar. (dd)

Lihat postingan ini di Instagram

PEMBANGUNAN KEMBALI KRATON SURAKARTA HADININGRAT Kenangan memilukan itu terjadi pada hari Jumat tanggal 31 Januari 1985 Sebuah pukulan yang amat berat bagi Karaton Surakarta Hadiningrat terutama Susuhunan Pakubuwana XII sebagai Penguasa Kraton Surakarta pada masa itu. Delapan bangunan utama kraton Surakarta Hadiningrat habis terbakar, diantaranya Ndalem Ageng Prabasuyasa, Paringgitan, Sasana Parasdya, Sasana Sewaka, Bangsal Paningrat, Bangsal Malige, Sasana Handrawina, dan Ndalem Paku Buwanan dan Sanggar Singan luluh rata dengan tanah. Berbagai upaya untuk memadamkan api telah dilakukan, termasuk menabuh Kempul Pusaka Kanjeng Kyai Becak, namun tidak satupun berhasil menghalau kobaran api. Susuhunan Paku Buwana XII kemudian nekat menembus kobaran api dan memasuki ndalem Ageng Prabasuyasa bersama beberapa putra, sentono, dan abdi dalem guna menyelamatkan pusaka - pusaka kraton dan barang barang berharga lainnya. Atas musibah ini, Presiden Soeharto menugaskan Jend. Surono untuk membangun kembali bangunan yang terbakar. Jend. Surono lalu membentuk Panitia Swasta Pembangunan Kembali Karaton Surakarta. Panitia beranggotakan dari Unsur Markas Besar TNI AD, Departemen PU, Pihak Kraton Surakarta dan Pihak Swasta Pergumulan Panitia saat itu ketika harus memilih apakah membangun kembali dengan metoda konstruksi beton dan baja yang lebih cepat, atau menggunakan konstruksi kayu jati sesuai kaidah bangunan tradisionil seperti aslinya. Namun, karena bangunan ini bersejarah dan menjadi rujukan studi konstruksi tradisionil diwaktu yang akan datang, maka diputuskan tetap menggunakan konstruksi tradisionil kayu jati asli. Beruntung pada saat itu Sasana Pustaka Kraton Surakarta baru saja menyelesaikan alih aksara Serat Kawruh Kalang dan Kawruh Kalang (tentang tata cara membangun bangunan Jawa) dari aksara Jawa ke huruf latin tetapi bahasanya tetap Jawa kuno, oleh Dra. Sri Sulistyawati (Lies Andis) dan Dra. Endang Tri Winarni. Proses perencanaan rekonstruksi selanjutnya berdasarkan sisa bangunan yang masih ada yaitu umpak batu yang masih berada ditempatnya, Kawruh Kalang, meterial dan bentuk bangunan pembanding lainnya, foto² lama dan petunjuk lainnya.

Sebuah kiriman dibagikan oleh The Surakarta Hadiningrat (@kasunananmangkunagaran) pada


(redaksi)

Berita Terkait

Berita Lainnya