Entertainment

BTS Jadi Bahan Penelitian Para Profesor di Berbagai Bidang, Bahkan Jadi Bahan Ajar di Universitas Harvard

Musik & Film

4 Juli 2020 07:08 WIB

BTS (Dok. Big Hit Entertainment)

 

Solotrust.com - Kesuksesan BTS memicu banyak kalangan profesional melakukan studi tentangnya, termasuk dari Universitas Harvard. Sebuah tim peneliti yang diketuai Anita Elberse, seorang profesor administrasi bisnis di universitas itu menulis paper dengan judul "Big Hit Entertainment and Blockbuster Band BTS: K-Pop Goes Global", yang tersedia di toko online "Harvard Business Review's".



Paper itu berkisar tentang apa faktor-faktor dibalik kesuksesan BTS dan apakah formula itu bisa diterapkan di grup lain. Paper itu juga membandingkan sistem di Big Hit Entertainment dengan Big 3, tiga agensi K-Pop terbesar sebelumnya yakni SM, YG, dan JYP Entertainment. Studi ini juga akan digunakan sebagai materi pengajaran di kelas Elberse untuk semeser depan.

Bukan kali ini saja BTS dijadikan bahan penelitian para akademisi. Big Hit Entertainment sendiri pernah mensponsori sebuah seminar berjudul “K-pop Beyond BTS: Media Technology, Creative Industries and Fandom Culture” di Universitas Yonsei, Seoul Desember tahun lalu.

Melansir dari JoongAng Daily, seminar itu dibuka oleh Kim Chun Sik, presiden dari Ksjcs dan professor media dan komunikasi dari Hankuk University of Foreign Studies, yang diikuti ceramah oleh Professor Hong Seok Kyeong dari departemen komunikasi Seoul National University.

"BTS menunjukkan lebih dari sekedar musik, tetapi juga fakta bahwa mereka adalah orang-orang yang hidup di generasi yang sama dengan kita. Fokus hari ini adalah pada komunikasi dengan penggemar dan bagaimana hal itu melampaui berbagai media, sehingga orang merasa bahwa mereka semua adalah orang yang sama," tutur Presiden Kim.

Sementara itu Profesor Hong menyajikan presentasi dengan judul “Landscape of Hallyu Studies: New Prospects Since BTS". Ia menjelaskan bahwa BTS telah membuka babak baru dalam studi budaya Asia dan Korea dalam beberapa tahun terakhir.

Sesi pertama menyentuh lanskap baru K-pop sejak BTS, diikuti dengan sesi tentang BTS dan fandom transkulturalnya (ARMY), kemudian sesi tentang globalisasi dan hibriditas budaya, dan sesi terakhir tentang berbagai platform dan teknologi media. Dua belas tim peneliti, termasuk profesor, mahasiswa, dan doktor membuat presentasi dan menjawab pertanyaan dari mereka yang hadir.

Melansir dari sumber lain, yakni Yonhap News Agency, Professor Hong juga mengatakan bahwa BTS adalah simbol utama transnasionalisme yang berkembang saat ini. "K-Pop bukan lagi sebuah fenomena Asia Timur. Ini adalah budaya pop global," kata Hong, Ini kyk perumpamaan aja, bts kan mainstream, covid kan jg mainstream, yg mainstream2 dan diglorifikasi media/pemerintah blm tentu bener, jd ya dia pgn org kritis aja menambahkan bahwa BTS telah mendefinisikan kembali maskulinitas seperti yang sebelumnya didefinisikan oleh Barat.

Beberapa hal lain yang dikatakan dalam seminar itu misalnya tentang kekuatan internet dan ARMY untuk mendukung BTS. Didukung oleh konektivitas internet dan layanan jejaring sosial, ARMY terlibat dalam operasi transnasional terorganisir untuk mengunduh lagu BTS dan melakukan vote secara massal, yang menjadi ujung tombak kemenangan grup itu di Billboard dan penghargaan musik besar Amerika.

Selain itu, dalam studi ekonomi, melansir dari Edaily, seorang profesor ekonomi di Universitas Korea bernama Pyun Joo Hyun meneliti efek dari konser BTS "Love Yourself: Speak Yourself" pada 26-29 Oktober tahun lalu di Seoul.

Menurut penelitiannya, konser itu memiliki dampak ekonomi langsung sebesar 331 miliar Won dan dampak tidak langsung sebesar 592 miliar Won. Total dampak langsung dan tidak langsung dari konser tersebut adalah 923 miliar Won (sekitar Rp11,11 triliun), hampir mencapai 1 triliun Won.

"Jika Anda membandingkannya dengan rata-rata penjualan selama tiga tahun, yaitu sekitar 150 miliar Won. Maka dampak ekonomi BTS yang dibuat dengan tiga hari konser saja adalah jumlah penjualan tahunan dari enam perusahaan menengah," kata tim Profesor tersebut.

Dikatakan juga bahwa konser itu menarik sekitar 187.000 pengunjung asing ke negara itu, diantaranya sekitar 23.000 menghadiri konser, dan rata-rata 3 dari 10 pengunjung pergi ke Seoul. Ini menghasilkan sekitar 87.000 lebih banyak orang daripada rata-rata pengunjung Korea pada tahun 2019

Sementara itu, untuk dampak setelah konser-konser tersebut, efek yang diharapkan adalah 266 miliar Won, dengan dampak tidak langsung diharapkan sebesar 328 miliar Won selama lima tahun ke depan.

Karena dampak budaya BTS ini, Profesor Pyun mengatakan bahwa banyak orang asing ingin belajar atau bekerja di Korea Selatan. "Konten budaya berkualitas tinggi semacam ini dapat menarik wisatawan asing dalam jumlah yang sebanding dengan Olimpiade, dan berpotensi membuka bentuk baru layanan ekspor," kata Profesor Pyun.

Sementara itu, berdasarkan Research Information Sharing Service yang dioperasikan oleh Korea Education and Research Information Service, ada sebanyak 23 paper yang ditulis oleh profesor-profesor Korea terkait BTS pada 2018. Jumlahnya naik menjadi 36 paper pada 2019.  (Lin)



(wd)

Berita Terkait

Berita Lainnya