Hard News

Botok Telur Asin, Inovasi Warga Wonogiri di Tengah Pandemi

Jateng & DIY

19 Juni 2020 10:41 WIB

Pengusaha botok telur asin, Sri Rejeki, warga Dusun Manggis RT1/RW11 Desa Ngadirojo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri.

 

WONOGIRI, solotrust.com- Pandemi covid-19, tak menyurutkan warga untuk berinovasi dalam menuangkan idenya, baik dalam hal seni ataupun kuliner yang cukup menyehatkan. Ya berawal dari coba-coba, usaha kuliner rumahan botok telur asin bikinan isteri salah satu Pimpinan Anggota Dewan di Wonogiri ini mendadak viral dan membludak orderan. Meski baru seminggu, sang pemilik usaha mengaku kebanjiran pesanan.



“Intinya usaha yang saya rintis ini bukan semata untuk mengejar keuntungan. Tapi niat hati kecil saya adalah untuk berbagi dengan sesama,” ungkap pengusaha botok telur asin, Sri Rejeki, warga Dusun Manggis RT1/RW11 Desa Ngadirojo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri, saat dijumpai awak media di kediamannya, Kamis (18/6/2020).

Dijelaskan, usaha botok telur asin tersebut baru dirintis seminggu ini. Awalnya, dia mengaku hanya iseng membuat botok tersebut dan hanya untuk dinikmati bersama keluarga saja. Dia tak menyangka jika produknya mendapat hati di masyarakat Wonogiri, bahkan sampai luar daerah. Sebab, di masa-masa pandemi Corona, segala aspek, khususnya perekonomian masyarakat terdampak.

“Awalnya botok buatan saya itu dicicipi temen-temen, kok enak. Lalu testimoni ini beredar melalui percakapan sosial media dan akhirnya menyebar ke mana-mana.Ya alhamdulilah, setelah saya coba membuat lagi, semua diberi jalan dan kelancaran, banyak yang pesan,” ujarnya.

Dalam sehari, kata isteri politisi PDIP ini, botok telur asin garapannya mencapai 300-400 bungkus. Satu bungkus, ia banderol Rp 6 ribu. Bahan baku kuliner ini terdiri dari tahu putih, santan kelapa dan telur asin, serta ditambah bumbu rempah-rempah yang membuat cita rasa botok berpadu rasa asin telur menyatu dan nikmat untuk disantap kapanpun.

Diakui, dalam sehari setidaknya menghabiskan 400 biji telur asin dan 10 loyang tahu putih. Usaha yang digeluti ini juga melibatkan empat orang pekerja. Mereka membantu dalam proses pembuatan botok yang dimulainya sejak pukul 03.0 WIB. Mulai dari menyiapkan daun pisang, mengukus hingga mengantar pesanan. Selain partai besar, ia juga melayani pembelian eceran, warga sekitar yang datang langsung ke rumahnya.

“Kalau sudah sampai tangan reseler, per-bungkus Rp 7 ribu. Botok ini ada beberapa varian rasa, dari rasa original, pedas sedang sampai pedas,” bebernya.

Sementara untuk pemasaran ia mengaku dibantu oleh 16 reseler yang awalnya merupakan konsumennya. Selain itu, banyak juga konsumen yang memesan langsung melalui gawainya. Sedang untuk pemenuhan bahan baku, semuanya datang atau dipasok oleh pedagang lain, seperti cabai, bumbu dapur, kelapa dan telur asin. Sehingga dirinya tak perlu lagi datang belanja ke pasar.

“Soal hasil yang saya terima sedikit ndak masalah. Saya bahagia. Intinya saya ingin berbagi. Selain itu saya juga ingin mengedukasi masyarakat, meskipun di tengah pandemi kita bisa bertahan hidup dan berdikari dengan usaha kuliner rumahan seperti ini,” tuturnya.

Dia tak mengira jika botok buatannya belakangan sudah menjadi kuliner yang mendapat tempat di hati masyarakat. Sebab, setiap ada konsumen yang pesan botok buatannya menyatakan bahwa masakannya sangat nikmat dan beda dari yang lain.

Meski seorang istri Anggota DPRD Wonogiri, dirinya mengaku tidak canggung bahkan malu dalam menekuni usaha kuliner tersebut. Ia menyebut, suaminya yakni AS Joko Prayitno mendukung penuh usahanya.

“Tidak apa-apa, sebagai istri anggota Dewan ini kan saya juga memberi contoh kepada masyarakat untuk tetap semangat, meskipun situasi ekonomi dan kondisi sulit, sebagai sosok panutan kita harus bisa kreatif,” terangnya.

Ditambahkan, soal masak-memasak ia jagonya. Di rumahnya, dia juga membuka usaha catering kecil-kecilan. (noto)



(wd)