Hard News

Waspada Potensi Gelombang Tinggi dan Banjir Rob di Perairan Utara Jawa Pekan Ini!

Sosial dan Politik

4 Juni 2020 13:31 WIB

Banjir pesisir (rob). (Dok. Istimewa/BMKG)

JAKARTA, solotrust.com - Pekan terakhir Mei 2020 lalu, wilayah pesisir Barat Sumatra bagian Selatan dan pesisir Selatan Jawa hingga NTT terdampak limpasan air laut yang masuk ke daratan atau dikenal dengan banjir pesisir (rob).

Hal ini sesuai dengan peringatan dini yang telah dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Rob berdampak signifikan dipicu oleh kombinasi antara periode pasang air laut akibat pengaruh fase bulan mati, bersamaan dengan adanya rambatan gelombang tinggi dari Samudra Hindia.



Plt Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Herizal dalam siaran persnya menyebut pada awal Juni ini potensi rob diperkirakan akan kembali terjadi, khususnya untuk Perairan Utara Jawa. Potensi itu disebabkan kondisi pasang air laut cukup tinggi di beberapa wilayah Indonesia akibat fase bulan purnama (full moon/spring tide).

"Selain dari faktor astronomis tersebut, terdapat faktor meteorologis berupa potensi gelombang tinggi yang diprakirakan terjadi mencapai 2,5 meter hingga 4,0 meter di Laut Jawa. Potensi gelombang tinggi ini dibangkitkan oleh embusan angin kuat dan persisten mencapai kecepatan hingga 25 knot (46 Km/Jam) yang ikut berperan terhadap peningkatan kenaikan tinggi muka air laut di Perairan Utara Jawa," tambahnya, Kamis (04/06/2020).

Secara klimatologis, tinggi muka air laut pada Mei dan Juni di Perairan Indonesia umumnya berada di atas tinggi muka laut rata-rata (mean sea level/MSL). Potensi gelombang tinggi di Laut Jawa dan rob di pesisir Utara Jawa diperkirakan berlangsung hingga Sabtu, 6 Juni mendatang dan memiliki kecenderungan menurun seiring penurunan
kecepatan angin.

Atas adanya potensi gelombang tinggi dan banjir pesisir, Herizal mengimbau masyarakat, terutama bermata pencaharian dan beraktivitas di pesisir atau pelabuhan agar meningkatkan kewaspadaan dan upaya mitigasi terhadap potensi bencana rob.

"Terutama untuk daerah-daerah pantai berelevasi rendah, seperti pesisir Utara Jakarta, Pekalongan, Cirebon, dan Semarang," tandasnya.

(redaksi)