Pend & Budaya

Kisah Dibalik Ronce Melati pada Keris Pengantin Pria

Budaya

30 Maret 2020 17:05 WIB

Keris berkalung untaian bunga melati (Foto: Instagram misstcs_)

Solotrust.com - Di dalam kebudayaan Jawa, keris menjadi salah satu simbol kewibawaan seorang lelaki. Jika menilik dari proses pembuatannya, seorang pembuat keris (empu) biasanya akan melakukan tirakat tapa brata, melakukan puasa, dan memantrai keris. Harapannya agar keris yang dihasilkan nantinya bisa mempunyai energi.

Pada zaman dahulu, tak sedikit para lelaki menjadikan keris sebagai salah satu senjata pusaka. Kini, keris juga masih digunakan sebagai salah satu pelengkap busana adat Jawa.



Di dalam budaya pernikahan Jawa, keris menjadi bagian dari pakaian pengantin pria. Biasanya keris pada pengantin pria berkalung bunga melati dan kantil, teruntai di gagang ujung pangkal keris.

Merangkum berbagai sumber, keris yang menggunakan bunga kolong atau bunga roncean, dikalungkan di ujung gagang keris merupakan pengingat terbunuhnya Adipati Jipang, Harya Penangsang saat perang tanding melawan Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati.

Dikutip dari Wikipedia, setelah mendapatkan surat tantangan atas nama Hadiwijaya, Harya Penangsang tersulut emosinya. Meskipun telah ditenangkan Arya Mataram (adik Harya Penangsang), namun Harya Penangsang tetap berangkat ke medan perang dengan menaiki kudanya bernama Gagak Rimang.

Terjadilah perang tanding antara Harya Penangsang dengan Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati yang merupakan perwakilan dari Hadiwijaya. Saat perang tanding, tombak Kyai Plered milik Panembahan Senopati menghujam lambung Harya Penangsang dan mengakibatkan usus Harya Penangsang terburai keluar.

Kendati demikian, Harya Penangsang tak lantas mati. Dia terus melawan Panembahan Senopati. Ususnya yang terburai keluar dibelitkan di gagang keris miliknya. Pantang menyerah, Adipati Jipang itu pun terus menggempur pertahanan Panembahan Senopati.

Alhasil, Panembahan Senopati lama-kelamaan kewalahan menghadapi serangan Harya Penangsang. Di saat lawannya sudah tak berdaya, Harya Penangsang lupa kemudian mencabut keris Kyai Setan Kober miliknya. Tak ayal, usus yang semula dikalungkan di kerisnya pun putus. 

Melihat kegagahan yang ditunjukkan lawan tandingnya, Panembahan Senopati sangat terkesan dengan Harya Penangsang yang akhirnya gugur karena ususnya putus oleh kerisnya sendiri. 

Oleh sebab itu, untuk menghormati lawan tandingnya, Panembahan Senopati kemudian bertitah apabila ada upacara perkawinan pengantin pria wajib mengenakan keris yang gagangnya diberi hiasan bunga melati dan kantil agar terlihat gagah layaknya Harya Penangsang.

Tradisi itu pun berlangsung sampai sekarang. Apabila ada upacara perkawinan menggunakan adat Jawa, sang mempelai laki-laki akan menggunakan keris yang dikalungkan untaian bunga melati dan kantil. (dd)

(redaksi)