Pend & Budaya

Proses Kreatif Whani Darmawan dalam Pencapaian Peran

Budaya

19 Februari 2020 13:03 WIB

Whani Darmawan

Solotrust.com - Beberapa hari lalu, solotrust.com berkesempatan bertemu dengan salah satu aktor terbaik Indonesia, Whani Darmawan di rumah pegiat teater Kota Solo Caroko Turah di Plesungan Karanganyar.

Dengan wajah segar, meski masih terlihat lelah, Whani menyambut dengan ramah dan mempersilakan duduk di halaman rumah Turah yang terlihat asri. Sambil duduk dan berbincang santai, aktor Pendukung Terbaik FFI 2019 ini menceritakan pengalamannya di dunia seni peran, baik film maupun dunia panggung.



"Saya berkecimpung di dunia seni peran mulai 1985," ungkap pria kelahiran 24 Mei 1966 mengawali ceritanya.

Ketertarikan Whani terhadap dunia teater sebenarnya sudah ada semenjak dirinya duduk di bangku SMP. Dia merasa tertarik dengan dunia teater lantaran melihat keunikan dari orang yang sedang bermain teater. 

Ketertarikan Whani Darmawan berkecimpung di dunia teater akhirnya kesampaian saat dirinya duduk di bangku sekolah menengah tingkat atas. Dia berkesempatan ikut workshop di Akademi Seni Drama dan Film (ASDRAFI) Yogyakarta.

“Dari situ ada suatu keunikan dan autentik yang saya rasakan di mana itu menggugah hal yang menurut saya fundamental, yaitu saya merasa tercerahkan secara psikologi dan intelektual," ujarnya.

Semenjak itu, proses kegiatan teater terus mengalir dalam hidupnya. Bagi Whani Darmawan, teater menjadi sebuah proses untuk tempat pencarian pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak pernah selesai, seperti hal-hal bersifat eksistensial dan spiritual.


"Memang itu hal yang signifikan dalam proses pertumbuhan saya sebagai seorang manusia," kata bungsu dari dua bersaudara ini. 

Whani Darmawan pun menceritakan proses pencarian sebuah peran yang dialaminya selama ini ketika dirinya mendapatkan peran.

"Dalam metode analisis karakter ada itu, tetapi tentu saja di dalam pelaksanaannya tidak semudah teori. Seperti kita ketahui, teori itu harus diaplikasikan di lapangan berbaur dengan teks, berbaur dengan peristiwa, berbaur dengan referensi-referensi, baik pengalaman-pengalaman hidup, bacaan maupun tontonan," jelasnya. 

Whani Darmawan lantas menceritakan tentang pencarian dirinya saat memerankan tokoh Panembahan Reso. Tokoh ini baru saja diperankan dirinya saat terlibat dalam pementasan teater dengan naskah berjudul Panembahan Reso karya WS Rendra dan disutradarai Hanindawan. Panembahan Reso dipentaskan di Ciputra Artpreneur Theater pada 25 Januari 2020 silam.

"Sampai dengan hampir satu bulan sebelum hari H, saya belum begitu mantap menemukan sosok Reso itu. Peta emosinya belum saya temukan. Tentu saja saya mencoba mengejar itu dengan bantuan ngobrol dengan sutradara," kisahnya.

Whani kemudian melanjutkan, Rendra menuliskan teks yang memang tersurat dalam naskah itu, namun tidak menuliskan yang tersirat. Artinya, arahan laku untuk aktor tidak ada dalam teks itu.

"Tapi itu bukan negatif karena justru menurut saya Rendra memberikan ruang tafsir kepada aktor untuk bisa mengisinya," jelas Whani yang kemudian baru menyadari setelah mempelajarinya dengan teliti. 


Selain itu, karakter Reso yang politikus licik dan tanda-tanda ke arah kejahatan dengan metode kekuasaan, serta sering beralih tampilan dari satu komunitas ke komuntas lain membuat Reso sering bermain siasat. Hal itu membuat Whani mau tidak mau harus mencari karakter Reso yang mempunyai ambisi untuk meraih kekuasaan dengan mendekati banyak orang secara berbeda-beda.

Hingga pada akhirnya, Reso mengalami halusianasi sehingga di situ ada perubahan psikologis dan karakter seorang Reso. Kompleksnya karakter seorang Reso membuat Whani menampung berbagai masukan, termasuk dari Ken Zuraida istri mendiang WS Rendra guna mempermudah pencariannya. 

Setelah terus mempelajari naskah serta berdiskusi dengan sutradara secara intens dan mendapatkan banyak masukan dari berbagai pihak, membuat Whani yakin dan menemukan karakter Reso. Baginya, pencarian dan pembangunan tokoh karakter Reso merupakan sebuah tantangan sangat kuat dan menarik. 

Berbeda lagi pendekatan Whani ketika mendapatkan tokoh Darsam pada film Bumi Manusia. Darsam adalah tokoh berasal dari Madura sehingga pendekatan dilakukan secara geografis kultural. Salah satunya mempelajari bahasa Madura, yakni dengan mendatangkan seorang guru bahasa Madura. Alhasil dari persinggungan belajar bahasa itulah, Whani bisa mempelajari budaya setempat.

Sementara untuk peran Warok di film Kucumbu Tubuh Indahku, pendekatan Whani Darmawan cenderung mengalir, sebagaimana rangsang dan respons yang harus dilakukan seorang pemain di dalam lingkaran permainan. Pasalnya, Warok dalam identifikasi di Kucumbu Tubuh Indahku tidak terlalu signifikan di dalam verbal atau gaya bicaranya.

Tak terasa hari makin beranjak siang dan pembicaraan kami pun harus terputus. Whani Darmawan lantas pamit untuk melanjutkan perjalanannya pulang ke Kota Yogyakarta. (dd)

(redaksi)