Hard News

Ribuan Pelayat Lepas Gus Sholah hingga Pemakaman Tebuireng

Sosial dan Politik

04 Februari 2020 09:55 WIB

Ribuan pelayat mengantarkan jenazah almarhum KH Solahuddin Wahid (Gus Sholah) di kompleks pemakaman Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. (Foto: Instagram/pp.tebuireng / NU Online)

JOMBANG, solotrust.com - Suasana duka demikian terasa di Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, Senin (03/02/2020). Ribuan santri dan masyarakat rela berdesakan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada KH Solahuddin Wahid atau akrab disapa Gus Sholah yang wafat Minggu (02/02/2020) malam.  

Melansir NU Online, Selasa (04/02/2020), masjid Pesantren Tebuireng tidak mampu menampung antusias masyarakat yang hendak melakukan salat jenazah. Suasana masjid terlihat demikian penuh sesak dengan jemaah, bahkan nyaris tidak ada shaf kosong, khususnya di barisan depan.



Kepadatan juga terlihat di area pemakaman. Padahal sebelumnya lokasi telah disterilkan agar tidak banyak pelayat masuk. Tidak semata masuk di area sekitar makam, banyak di antara mereka yang juga berada di depan pintu masuk. Alhasil, di lokasi dalam makam, sejumlah keluarga mengalami kesulitan untuk masuk, termasuk sejumlah tokoh. Bahkan, Irfan Asyari Sudirman Wahid atau Ipang Wahid harus dikawal sedemikian rupa agar bisa masuk area dalam makam.  

“Mohon beri jalan agar Gus Ipang bisa masuk ke lokasi makbarah ini,” kata petugas dari pengeras suara di lokasi makam.  

Sejumlah tokoh juga harus berdesakan dengan warga yang memadati makam. KH Mustofa Bisri  (Gus Mus), Menkopolhukam Mahfud MD, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Bupati Jombang Mundjidah Wahab, dan  sejumlah tokoh serta kiai kesulitan mengakses pintu masuk area dalam makam.  

Saat di makam, KH Masduki Abdurrahman al-Hafiz memimpin talqin, dilanjutkan tahlil.    Kegiatan dirangkai dengan sambutan atas nama pesantren disampaikan KH Abdul Hakim Mahfudz selaku Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng. Berikutnya adalah Khofifah Indar Parawansa, Mahfud MD, Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dan diutup KH Mustofa Bisri. 

(redaksi)