Pend & Budaya

Merajut Kebhinekaan Lewat Akulturasi Budaya Grebeg Sudiro

Budaya

19 Januari 2020 18:34 WIB

Karnaval budaya Gerebek Sudiro di kawasan Pasar Gede, Solo, Minggu (19/01/2020)

SOLO, solotrust.com - Cuaca terik Minggu (19/01/2020) siang tak membuat Nanda (23), warga Boyolali beranjak dari sebuah sudut di kawasan Pasar Gede, Solo. Kendati panas matahari begitu menusuk kulit, namun dirinya serta ribuan warga Kota Bengawan dan sekitarnya rela berdiri berpeluh demi menyaksikan kirab budaya Grebeg Sudiro.

Ya, Grebeg Sudiro merupakan gelaran budaya tahunan masyarakat Kota Solo. Sebuah karnaval yang menjadi salah satu rangkaian Solo Imlek Festival. Grebeg Sudiro begitu menyita atensi publik, tak heran jika dalam setiap gelarannya senantiasa dipadati penonton. Warga rela berdesakan demi bisa menonton langsung salah satu calendar of event Kota Solo itu.




Sejatinya apa sih yang menarik dari Grebeg Sudiro? Untuk diketahui, Grebeg Sudiro adalah sebuah karnaval budaya yang melibatkan semua etnis. Lewat gelaran ini terjadi harmonisasi kultural di mana masyarakat Jawa dan Tionghoa membaur, bersatu dalam kebersamaan. Hal ini tak lepas dari karakter masyarakat Solo yang senantiasa menjaga dan memelihara kerukunan dan toleransi.

Grebeg Sudiro adalah sebuah bentuk akulturasi budaya antara masyarakat Jawa dan Tionghoa. Di sini tak ada lagi sekat-sekat etnis, semua bersatu dalam kebhinekaan mewujudkan visi pemerintah kota, yakni waras (sehat), wasis (berpendidikan), wareg (kenyang), mapan (sesuai), dan papan (tempat tinggal) atau disingkat 3WMP.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, gelaran Grebeg Sudiro kali ini menyuguhkan beragam potensi kelurahan-kelurahan di Kota Bengawan. Tercatat ada sekira 2000 orang terlibat dalam acara kolaborasi masyarakat Jawa dan Tionghoa.


Mengusung tema 'Bersinergi Merawat Kebhinekaan', Grebeg Sudiro tahun ini terasa lebih spesial. Mengapa demikian? Perhelatan ke-13 ini bukan lagi sebatas calendar of event Kota Solo, namun telah masuk menjadi calendar of event nasional. Alhasil, dalam karnaval bukan hanya menampilkan potensi masyarakat Solo semata, namun turut menyuguhkan beragam budaya masyarakat Indonesia, seperti dari Semarang, Bali, Kalimantan, Riau hingga Minang.

Banyak atraksi disuguhkan dalam Grebeg Sudiro akhir pekan ini, antara lain barongsai, reog, tari kera Boyolali, tari piring, wayang orang, kuda lumping, gunungan dari berbagai bahan pangan, Kera Sakti hingga atraksi kekebalan tubuh dari Kalimantan.

Grebeg Sudiro awalnya digagas warga Kelurahan Sudiroprajan, Solo sebagai bentuk akulturasi seni dan budaya masyarakat Jawa dan Tionghoa. Secara luas gelaran ini dapat dimaknai sebagai event atau acara budaya yang menjunjung kebhinekaan.


Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo sendiri mengatakan Grebeg Sudiro adalah bentuk gotong-royong masyarakat sekaligus implementasi dari 3WMP. Perhelatan tahunan ini merupakan hasil kolaborasi serta gotong-royong seluruh komponen masyarakat.    

Merajut kebhinekaan sejatinya dapat dilakukan dengan berbagai cara dan Kota Bengawan telah melakukannya. Grebeg Sudiro adalah salah satu bentuk seni dan budaya untuk merawat persatuan di tengah perbedaan, selain sebagai sebuah destinasi wisata kota. (and) 

(redaksi)