Hard News

27 Desember, Hari Awal Mula Belanda Akui Kemerdekaan RI

Sosial dan Politik

27 Desember 2019 16:05 WIB

Bendera Indonesia (Sumber: Pixabay)

Solotrust.com - Pengakuan kedaulatan tanggal kemerdekaan dari Belanda awalnya jatuh pada 27 Desember 1949 saat soevereiniteitsoverdracht atau penyerahan kedaulatan yang ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Belanda mulanya tidak mengakui tanggal kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus 1945. 

Baru kemudian pada 16 Agustus 2005, Belanda yang saat itu diwakili Menteri Luar Negeri Belanda saat itu Bernard Rudolf Bot pada pidato resminya di Gedung Deplu mengakui kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus 1945.



Merangkum berbagai sumber, hampir selama 60 tahun Belanda baru mengakui tanggal kemerdekaan Indonesia. Hal itu dikarenakan apabila Belanda mengakui kemerdekaan pada 1945 akan timbul kekhawatiran dari pihak Belanda sama saja dengan mengakui politionele acties atau agresi militer pada 1945-1949 adalah ilegal. 

Penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia di kala itu digelar sebanyak tiga kali.

Pertama dilakukan di Amsterdam, yakni di Istana Op de Dam, dihadiri Wakil Presiden Mohammad Hatta yang juga sebagai perdana menteri dan memimpin Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB).

“Kedua negara (Belanda dan Indonesia) tak lagi saling berlawanan, kini kita berdiri berdampingan,” kata Ratu Juliana, sesaat setelah penyerahan kedaulatan yang ditandatangani.

Mohammad Hatta dalam sebuah pidato Bahasa Indonesia saat KMB menekankan pentingnya penyelesaian damai terhadap kedua negara yang sedang berkonflik,

“ Empat tahun lamanya rakyat kita timbal balik hidup dalam persengketaan karena merasa dendam di dalam hati. Bangsa Indonesia dan Bangsa Belanda, kedua-duanya akan mendapat bahagianya. Anak cucu kita akan berterima kasih kepada kita,” ujar Bung Hatta.

Pertemuan ketiga terjadi di Paleis te Rijswijk atau Istana Negara di Batavia (sekarang Jakarta). Penyerahan kedaulatan terjadi antara wakil tertinggi mahkota Belanda yang berada di Indonesia, yakni Toni Lovink bersama Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai perdana menteri kala itu. Setelah penandatanganan usai dilakukan, kedua tokoh itu kemudian keluar dari istana dan menyaksikan bendera Belanda diturunkan dan diganti dengan bendera merah putih. (dd)

(redaksi)