Hard News

Ini Solusi Gubernur Jateng Entaskan Pekerja Anak

Sosial dan Politik

21 November 2019 21:03 WIB

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat menghadiri Peringatan 30 Tahun Konvensi Hak Anak di Taman Jayawijaya, Mojosongo, Jebres, Solo, Rabu (20/11/2019)

SOLO, solotrust.com - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo tidak ingin gegabah dalam menangani maraknya pekerja anak atau anak-anak yang mencari nafkah semisal dengan berjualan.

Bagi Ganjar, solusi yang tepat adalah dengan melakukan pendekatan preventif kepada keluarga untuk mengecek persoalan yang ada di keluarga sampai anak harus mencari nafkah.



"Kita edukasi ke orang tuanya dulu, lalu kita datangi. Jangan digaruk, kasihan, datangi baik- baik," kata Ganjar, usai menghadiri Peringatan 30 Tahun Konvensi Hak Anak di Taman Jayawijaya, Mojosongo, Jebres, Solo, Rabu (20/11/2019).

Ganjar memastikan negara mampu menjamin hak-hak tumbuh kembang dan perlindungan terhadap anak-anak.

"Apakah memang orang tuanya tidak mampu. Kalau mereka nggak mampu, negara mampu kok. Kita punya program Indonesia Sehat, Indonesia Pintar, Program Keluarga Harapan, dan lain sebagainya," ujar dia.

Wajib pemerintah memberikan akses kepada anak atas apa yang mereka tuntut. Selain itu, Ganjar mengaku terkejut saat anak-anak mengutarakan keinginannya mengakses politik.

"Mereka pengin mengakses politik. Hebat nggak. Libatkan kami kepada pengambilan keputusan politik. Berikan kami akses pendidikan, keamanan, kenyamanan. Mungkin kalau kita ngeh sebagai orang tua dan pengambil keputusan mungkin anak-anak tidak terlalu runtut sempurna menyampaikan seperti membuat kebijakan, mereka cukup menyuarakan, yang diuji kita para pemimpin apakah mampu menerjemahkan itu. Itulah yang dimaksud perlindungan kepada anak, pemerintah harus berkolaborasi dengan kelompok masyarakat dan aktivis pegiat anak," jabarnya.

Sejak Konvensi Hak Anak diratifikasi, kemajuan telah berlangsung secara signifikan, namun masih belum merata, dan masih banyak tantangan yang terus memengaruhi masa kanak-kanak di Indonesia.

"Negeri ini menghadapi peningkatan yang mengkhawatirkan terkait angka anak dengan kelebihan berat badan, masih banyak anak menghadapi kekerasan di sekitar sekolah, termasuk perundungan online (cyberbullying); dan permasalahan sanitasi aman dan perkawinan usia anak masih mengancam kesehatan dan masa depan anak," terang dia.

“Setelah 30 tahun anak-anak menjadi pusat perhatian dunia, sudah banyak kemajuan yang berhasil dicapai, misalnya Indonesia kini memiliki Undang-Undang Perlindungan Anak, tetapi banyak juga hal yang masih perlu diperbaiki dan dilakukan,” pungkas orang nomor satu di Jawa Tengah itu. (adr)

(redaksi)