Hard News

Rumah Zakat Tingkatkan Literasi Wakaf Melalui Gelombang wakaf

Sosial dan Politik

11 November 2019 23:54 WIB

Direktur Wakaf Rumah Zakat Indoensia, Ustadz Soleh Hidayat saat memberikan materi pemaparan tentang wakaf di Hotel Aston Solo, Sabtu (9/11/2019).

SOLO, solotrust.com - Rumah Zakat berupaya meningkatkan penerimaan wakaf dengan memberikan edukasi literasi seputar wakaf melalui gerakan yang dinamakan Gelombang Wakaf, sebab literasi masyarakat tentang wakaf dinilai masih rendah.

Road show Gelombang Wakaf diselenggarakan di Hotel Aston Solo, Sabtu (9/11/2019). Kegiatan itu diikuti oleh seratus peserta, terdiri dari donatur dan umum di Kota Solo. Tahun ini Gelombang Wakaf melakukan road show di 18 daerah dari 48 cabang, yang sebelumnya telah dilakukan diantaranya di Kota Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo dan lainnya, sedangnya sisanya akan dilaksanakan secara bertahap di tahun berikutnya.



Narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan ini adalah Direktur Wakaf Rumah Zakat Indoensia, Ustadz Soleh Hidayat dan Pakar Parenting Ustadz Suhadi Fadjaray, dengan tema yang diusung “Ke Surga Bersama Keluarga” membahas wakaf sebagai investasi pahala untuk keluarga hingga digelar lelang wakaf.

“Tujuan dari acara Gelombang wakaf memberikan edukasi pemahaman kepada masyarakat, fenomena yang ada, literasi tentang wakaf masih rendah, kalau ditanya tentang wakaf pasti orang cenderung tahunya tanah, aset, kuburan, masjid. Padahal tidak seperti itu konteks wakaf itu sedekah jariyah, tidak terikat, bisa bergerak dan tidak bergerak, jadi bisa uang, saham, emas bahkan mobil, yang dikelola untuk kepentingan social.” ujar Direktur Wakaf Rumah Zakat Indoensia, Ustadz Soleh Hidayat kepada solotrust.com di sela-sela acara.

Menurut Soleh, Indonesia dengan umat muslim berjumlah 27 juta orang memiliki potensi yang sangat besar namun belum mampu dioptimalkan karena masih minimnya literasi tentang wakaf.

“Potensi wakaf ini sustainable, jangka panjang, menahan pokoknya dan mengoptimalkan hasilnya, tidak boleh hilang nilai pokoknya. Dalam pemberdayaan konteks wakaf bisa menjadi solusi permasalahan ekonomi dan kemiskinan. Semisal setiap umat Rp 10 ribu x 27 juta terkumpul Rp 270 miliar setiap bulan. Sebenarnya potensi yang dirilis badan wakaf Rp 180 triliun dan yang baru terkumpul sekarang hanya Rp 400 miliar,” paparnya.

Soleh bercita-cita untuk mengelolakan atau pembangunan jalan tol melalui hasil wakaf, sehingga hasilnya nanti bisa dikembangkan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan.

“Ibadah kalau kita meninggal putus, nah dengan wakaf walaupun kita meninggal maka pahala tetap mengalir, manfaatnya terus menerus, dioptimalkan untuk sosial, kebaikan untuk orang yang mewakafkan. Ketika kita punya donasi wakaf, harus diputarkan dikelolakan kita bisa saja beli tol langsung, tapi kondisinya wakafnya belum terkumpul cukup,” bebernya.

Diharapkan melalui gerakan Gelombang Wakaf ini dapat memunculkan satu program unggulan di tiap-tiap daerah.

“Solo targetnya membangun Rumah Quran untuk bina quran, hafidz, programnya sudah jalan namun belum ada gedung yang terkonekting untuk kegiatan, selama ini masih di titik-titik tertentu saja. Satu kota produk unggulan wakaf jadi terasa value yang dihasilkan dari wakaf,” pungkasnya. (adr)

(wd)