Entertainment

Bukan Sekadar Horor, Lampor Usung Budaya Temanggung

Musik & Film

3 November 2019 02:00 WIB

Jumpa pers film Lampor di The Park Mall Solo Baru

SUKOHARJO, solotrust.com - Film Lampor yang ber-genre horor diluncurkan bertepatan perayaan Halloween. Tidak hanya memanjakan penggemar film horor saja, namun sekaligus mengangkat potensi budaya Kota Temanggung. Hal itu diungkap Dion Wiyoko, pemeran utama pria dalam film garapan sutradara Guntur Soeharjanto, saat jumpa pers di The Park Mall Solo Baru, Sukoharjo, Kamis (31/10/2019).

"Film Lampor ini tidak memberikan citra buruk pada Temanggung, melainkan cerminan manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain. Temanggung kota cantik dengan gunung Sindoro-Sumbing, penghasil tembakau, kuda lumping hingga air terjun. Adanya unsur-unsur lokal tersebut dengan harapan mengangkat budaya Temanggung. Semoga film Lampor ini menjadi kebanggaan masyarakat Temanggung khususnya," kata dia kepada awak media.



Selain Dion (Edwin), hadir pula para pemain film Lampor, antara lain Dian Sidik (Bimo), Annisa Hertami (Nining), Rendra Bagus Pamungkas (Yoyo), Bimasena (Adam), Angelia Livie (Sekar), dan Acting Coach Triyanto Hapsoro yang akrab disapa Genthong. Bertindak sebagai produser adalah Chand Parwez Servia dan penulis skenario Alim Sudio. 

"Memang ada satu set yang membuat kami ekstra keras untuk konsentrasi karena itu petilasan. Pengambilan adegan sampai jam tiga atau empat pagi dan bersinggungan dengan energi yang tidak nampak, tapi syukurlah semua berjalan baik dan tidak ada kendala di lapangan," imbuh Genthong.

Sementara itu, Annisa, menambahkan tantangan dalam syuting film horor adalah perbedaan jam, pagi sampai sore tidur, sedangkan syuting dari maghrib sampai subuh. Saat jam orang tidur, pemain, para kru justru bekerja. Jam biologis yang kebalik, jadi tantangan karena ini terkait kondisi tubuh. Apalagi Temanggung kondisinya jauh lebih dingin, kelelahan, pastinya berdampak energi dan stamina diri.

"Memang tidak dipungkiri ada tempat yang terasa wingit, tapi tidak hanya di syuting film horor, syuting film lain juga, tapi itu pengalaman personal. Ya, semua itu menjadi tantangan tersendiri, tapi kami harus saling jaga untuk kelancaran syuting," paparnya. 

Sebagai informasi tambahan, sutradara Guntur, mengaku bahwa ini adalah pengalaman pertama dirinya membuat film ber-genre horor. Film ini terinspirasi dari cerita masa kecilnya tentang hantu yang unik, yaitu Lampor. Dia datang pada malam hari berupa keranda terbang disertai suara pasukan bersuara magis.

"Ternyata Pak Parwez tertarik untuk memfilmkan Lampor ini. Menurutnya, konten yang sangat lokal dan cerita misteri dengan tradisi Jawa kental adalah sesuatu yang kuat dan menarik. Mitologi Jawa yang tidak lepas dari mistis dan klenik," ujarnya dalam siaran pers.

Bagi Guntur, kekuatan film horor bukan hanya sekadar menakut-nakuti penonton, namun lebih dari itu, kekuatan struktur cerita, dramaturgi dan penokohan karakter adalah hal fundamental. 

Film ini mengisahkan Edwin (Dion Wiyoko) dan Netta (Adinia Wirasti) bersama dua anak mereka, Adam (Bimasena) dan Sekar (Angelia Livie) kembali ke kampung Netta di Temanggung. Netta dianggap pembawa musibah karena kampungnya dilanda teror Lampor, setan pencabut nyawa yang membawa keranda terbang. Edwin berusaha membela istrinya, namun skandal busuk dan kejadian mengerikan muncul menghantui. Edwin mulai curiga, ada rahasia besar menyangkut Netta yang tidak pernah diketahuinya. Apalagi ketika nyawa anak-anak mereka pun terancam menjadi sasaran Lampor. (Rum)

(redaksi)