Hard News

Soal Maju ke AD 1, Rudy Sebut Anaknya Paham Etika

Sosial dan Politik

15 Oktober 2019 13:18 WIB

Wali Kota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo


SOLO, solotrust.com – Nama Andreas Rheo Yuliana Fernandez, putra kedua Wali Kota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo mencuat ke permukaan untuk disandingkan dengan Gibran Rakabuming Raka yang tak lain Putra Sulung Presiden RI Joko Widodo.



Lantas akankah kedua putra mereka sukses meneruskan marwah sang ayah dalam menjadi kepala daerah? Saat dikonfirmasi, Wali Kota FX. Hadi Rudyatmo mengakui bila putranya memang memiliki ketertarikan dengan dunia politik, sudah bergabung dengan partai dan sosok orang yang idealis.

Rudy menuturkan, bila anaknya sebenarnya didorong untuk maju sebagai legislatif sejak tahun 2009, 2014 hingga terakhir tahun 2019 ini lewat partai yang diketuai ayahnya itu, akan tetapi Rheo belum bersedia, ia baru ingin memikirkan setelah sang ayah habis masa jabatannya dari jabatan ketua partai sebagai kepala daerah di Solo.

“Katanya kalau saya selesai jadi Ketua DPC dan Wali Kota, baru mau memikirkan. Baru berpikir tapi, belum tentu bersedia. Dia paham etika, dari awal dicalonkan tidak mau,” ujar Rudy, Selasa (15/10/2019).

Disinggung terkait potensi politik dan kepemimpinan dibandingkan saat dirinya bersama Joko Widodo kala memimpin Kota Solo tahun 2005 lalu, Rudy menjawab kondisinya berbeda, bahkan Rudy tegas menyatakan bila putra keduanya itu belum begitu matang untuk melaju dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 mendatang.

“Kondisinya beda, belum begitu kuat, dulu saja saya sudah Ketua DPC, ini anak saya masih PAC (Pengurus Anak Cabang),” katanya.

Ditegaskan pendamping Jokowi medio 2015-2012 saat memimpin Kota Solo itu, pribadinya tidak ingin menyetir apapun berkaitan dengan sikap yang diambil putranya, sebab Rudy yakin Rheo sosok yang patuh pada statuta partai berlambang banteng moncong putih itu dan bukan tipikal orang gila kedudukan. Kata dia, selalu mengajarkan kepada anak agar tidak memanfaatkan jabatan orang tua dan harus berjuang apabila ingin mencapai yang dicita-citakan.

 

”Anak saya orang yang paling taat pada aturan partai, tidak ingin memanfaatkan peluang-peluang jabatan saya. Saya selalu menyampaikan kepada anak saya bahwa derajat, pangkat itu sampiran, bondo (harta) itu titipan, nyawa itu gadhuhan (titipan), kita harus merawat itu dan harus berjuang," tutur pria 59 tahun itu.

Hal itu juga telah ditegaskan langsung oleh sang putra, Rheo, dirinya mengaku belum saatnya maju dalam Pilkada, karena masih ada bayang-bayang sang ayah yang kini masih menjabat sebagai Wali Kota. Dirinya tak ingin disangka aji mumpung, apalagi muncul kata-kata dinasti politik. Kendati demikian, Rheo menyampaikan apresiasi atas usulan sejumlah warga yang mempercayai duetnya dengan Gibran akan membawa dampak positif bagi Kota Bengawan.

Lebih lagi, ditambahkan Rheo, PDIP Solo sudah mengusung nama Purnomo – Teguh yang telah dikirimkan ke Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP untuk mendapat rekomendasi maju dalam Pilkada Solo 2020 mendatang, pihaknya tidak ingin melangkahi ketentuan dan instruksi kepartaian.

“Saya tak ingin ada dinasti politik di sini, saya ingin tegak lurus pada partai (PDIP), untuk itu saya juga nyatakan tidak maju Pilkada Solo 2020 ini, setelah bapak saya selesai jabatannya baru saya akan berpikir untuk itu,” tutup dia. (adr)

(wd)