Entertainment

Sha Ine Febriyanti Berangkat Dari Niat Tulus Kembangkan Sanggar yang Dirintisnya

Selebritis

04 Oktober 2019 17:04 WIB

Sha Ine Febriyanti.

Solotrust.com- Sha Ine Febriyanti, perempuan berusia 43 tahun ini memiliki seabrek kegiatan. Mulai menjadi ibu dari ketiga buah hatinya, syuting film hingga latihan dan pentas teater di berbagai kota serta negara pun dilakukannya. Di rumahnya daerah Jagakarsa Jakarta Selatan pun, perempuan berparas cantik ini juga mempunyai sebuah sanggar untuk anak – anak. Sanggar tersebut bernama Huma Rumil.

Solotrust pada hari Selasa (01/10/2019) pagi di Area kompleks Masjid Laweyan Surakarta berkesempatan mewawancarai pemeran tokoh Nay di film berjudul Nay besutan sutradara Djenar Maesa Ayu tentang Huma Rumil sanggar yang bertempat di rumahnya.



“Kebetulan memang sejak tahun 2012, aku bersama kawan-kawan voulenteer, aku punya sahabat namanya Rommy sahabat yang sudah lama sejak remaja. Ketemu lagi setelah punya anak. Dia itu guru lukis, guru gambar. Terus aku minta dia untuk jadi guru les anakku.” Ceritanya memulai awal mula Huma Rumil terbentuk.

 “Di tempat aku ada pendopo. Terus limasan. Dan aku itu dari dulu ingin mempunyai satu wadah yang bisa kepake ada manfaatnya. Rencananya supaya kita tuh apa yang kita punyai ini bisa memberi manfaat bagi sesama.” ujar Ine tentang harapan mulianya.

Ine merasa bangga dan bersyukur mempunyai keinginan seperti itu, sebab tidak semua orang mempunyai pikiran yang semacam itu. Dan niat baik serta postif yang Ine punyai itu akhirnya terwujud.

“Alhamdulilah, aku ketemu temen yang luar biasa. Bukannya aku sendiri yang mengupayakan tetapi ketemu temen yang luar biasa. Dia yang menjadi motor si Rommy itu. Dia ngajar les gambar gratis selama bertahun-tahun, hingga akhirnya berkembang ada sunatan massal, kelas teater, kelas film, kelas silat. Dan animo anak – anak lingkungan sekitar luar biasa. Karena itu kan seni jadi anak – anak senang sekali.” ungkap Ine menceritakan kegiatan yang ada di Huma Rumil.

Ine kemudian juga menambahkan ada anak – anak yang pertama kali merasa minder serta tidak pede, namun setelah belajar dan ikut di sanggar komunitasnya, anak tersebut bisa menjadi juara kelas. Hal tersebut tidak lepas dari adanya tempaan untuk pembentukan karakter dalam diri anak yang diterapkan dalam sebuah sanggar komunitas. Dengan adanya berbagai macam kegiatan serta perkembangan yang positif untuk anak – anak yang berada di sanggarnya membuat hati ibu tiga anak ini bahagia.

Ine kemudian menceritakan bahwa baru – baru ini sanggarnya berhasil mendapatkan bantuan program hibah dari BEKRAF dan itu sangat disyukurinya.

“Sekarang sedang dibangun auditorium dan mungkin kami akan mengembangkan program supaya bisa bermanfaat lebih luas.“ ungkapnya sembari memohon doa restu agar segala niat baiknya lancar.

Ine kemudian memberikan pesan kepada anak – anak muda dan juga orang – orang yang sebenarnya punya talenta tapi merasa minder dan kurang percaya diri dengan apa yang dimilikinya.

“Ketika kita punya rasa percaya diri atau kelemahan – kelemahan, itu sebenarnya anugerah buat kita. Berangkatlah dari situ. Syukuri itu. Lu kulik itu. Karena itu sebenarnya potensi kita untuk maju. Kita berangkat dari apa yang kita tidak punya. Apa yang lemah dari kita. Itu sebenarnya kekuatan kita. Bila lu nggak percaya diri, lu harus cari tahu kenapa tidak percaya diri. Begitu kau sudah melampaui itu maka hal itu bisa menjadi kekuatan.“ pungkasnya dengan penuh semangat. (dd)

(wd)