Entertainment

Rubah di Selatan Wakili Indonesia dalam Zandari Festa di Seoul, Korea Selatan

Musik & Film

01 Oktober 2019 11:57 WIB

Rubah Di Selatan dalam album "Anthera". (Sumber gambar: Rubah Di Selatan via Instagram @rubahdiselatan).

Solotrust.com - Rubah Di Selatan, grup musik asal Yogyakarta yang kerap menggunakan alat-alat musik tradisional seperti Saluang (khas Sumatera Barat) dan Karinding (khas Jawa Barat) tampil mempromosikan album "Anthera" hingga Korea Selatan.

Dikabarkan grup tersebut via Instagramnya, @rubahdiselatan, mereka melakukan perjalanan ke Korea Selatan dalam rangkaian RUBAH DI SELATAN LIVE IN KOREA | Anthera Promo Tour pada 24-29 September 2019.



Mereka juga mewakili Indonesia dalam festival tahunan Zandari Festa di Seoul, Korea Selatan. Masuk dalam 1st line up, mereka tampil pada hari terakhir festival, yakni pada 29 September 2019.

Tak hanya itu, agenda lain yang mereka lakukan di Seoul antara lain Showcase, Workshop, dan Conference. "Diluar itu juga akan ada beberapa Live Showcase dan Short Documentary yang akan dilakukan selama perjalanan," tulis Rubah Di Selatan.

Grup musik beraliran folk asal Yogyakarta itu merilis album pertamanya "Anthera" via platform digital pada 1 Februari 2019. 

"Anthera" diambil dari bahasa modern latin yang berarti kepala sari. Melalui lagu terakhir di album ini yakni "Leaving Anthera", mereka berharap dapat melanjutkan perjalanannya dan membuat kembang-kembang selanjutnya, sekaligus menjadi pengingat hidup untuk terus berputar, terus berjalan, jangan berhenti, dan jangan lupa dari mana kira berasal.

Sebelumnya, bersamaan dengan rilisnya album ini, grup beranggotakan Mallinda Zky (vokal), Ronie Udara (perkusi), Gilang (gitar, vokal latar) dan Adnan (kibor) ini juga melakukan tur album dengan nama "Anthera Tour : Part 1" ke beberapa tempat di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

Rubah Di Selatan sebelumnya telah mencipta lagu-lagu filosofis dan erat dengan kearifan lokal, misalnya lagu untuk mengenang tragedi letusan Gunung Merapi dalam “Merapi Tak Pernah Ingkar Janji” dan lagu berjudul “Mata Air Mata” yang mengangkat kisah Kanal Yoshiro (selokan Mataram), yakni sebuah upaya penyelamatan warga Yogyakarta di masa lalu atas sistem kerja paksa romusha di era penjajahan Jepang.

Grup musik yang namanya diambil dari sebuah filosofi di Yogyakarta yang intinya “kemana kita pergi akan tahu kemana kita kembali” tersebut juga pernah mendapatkan penghargaan sebagai band/musisi dengan karya kreatif dari pihak UNESCO pada Februari 2018. Rubah di Selatan dinilai memiliki karya dan pertunjukkan aksi panggung kreatif yang menginspirasi anak muda.

Rubah di Selatan juga berhasil terpilih untuk mengunjungi 4 negara Eropa yakni Prancis, Belanda, Jerman dan Luxembourg dari 1-10 Juli 2018 dalam pogram kolaborasi Siasat Partikelir bersama Go Ahead Challenge (GAC), Trafficking Europe Calling.

Kala itu mereka menyisihkan 500 grup band dari seluruh Indonesia untuk mengenalkan budaya Indonesia ke Eropa lebih jauh. Selama di Eropa, Rubah di Selatan membawakan tujuh lagu, diantaranya "Leaving Anthera", "Water", dan "Mata Air Mata". (Lin)

(wd)