Hard News

Gadis Mungil Ade Irma Suryani Menyusul Sang Ajudan Pergi untuk Selamanya

Sosial dan Politik

1 Oktober 2019 01:35 WIB

Ade Irma Suryani.

Solotrust.com- 30 September 1965 merupakan tanggal yang tidak akan pernah dilupakan oleh keluarga besar Jenderal A.H. Nasution. Karena kudeta yang akhirnya gagal tersebut membuat keluarga Nasution harus kehilangan dua penghuni rumahnya sekaligus. Satu sang ajudan setianya Kapten CZI (anumerta) Pierre Tendean dan satu lagi anak perempuan yang disayangi yakni Ade Irma Suryani.

Ade Irma Suryani merupakan gadis kecil yang saat itu baru berusia 5 tahun. Ia begitu dekat dengan sang ajudan ayahnya Pierre Tendean. Ade Irma selalu saja menggoda Pierre ketika ajudan ayahnya itu mendapatkan kiriman surat dari kekasihnya Rukmini yang tinggal di Medan. Keusilan Ade Irma kala itu sering dihadiahi cokelat oleh Pierre saat ia ingin membuka dan membaca surat dari kekasihnya.



Keriangan dari wajah Ade Irma mulai memudar seiring dengan datangnya para pasukan penyusup ke rumah Nasution pada dini hari. Salah seorang kakak Ade Irma menceritakan kronologi kejadiannya.  

“Pukul 03.30 dini hari ibu dan bapak saya terbangun karena nyamuk. Lalu ibu mendengar suara pintu digerebek, lalu melihat pasukan Cakrabirawa masuk.” cerita Hendrianti.

Saat itu Johanna Nasution isteri A.H Nasution seperti sudah mempunyai firasat jika pasukan tentara yang menerobos masuk tersebut hendak membunuh suaminya. Dia pun mengingatkan suaminya supaya pergi kabur dan jangan melawan.

Tak berselang lama pintu kamar tempat Nasution diberondong tembakan. Nasution berhasil kabur, kemudian Johanna menggendong Ade Irma dan memberikannya kepada adik Nasution. Karena saat itu panik, maka secara tidak sengaja adik Nasution membuka pintu yang di depannya sudah berdiri pasukan Cakrabirawa. Seketika itu juga tembakan menghujam tubuh mungil dari Ade Irma.

“Langsung menembak adik saya. Jaraknya kurang lebih segini (sambil menunjuk tempat diorama terjadinya penembakan).“ bebernya lagi.

Peluru yang menembus tubuh mungil Ade Irma sebelumnya mengenai tangan dari adik Nasution yang langsung menembus tubuh Ade Irma. Seketika itu pula darah menggenangi piyama Ade Irma. Tiga peluru menghujam tubuh anak kecil itu. Keesokan harinya Ade Irma dilarikan ke rumah sakit. Ade Irma mendapatkan perawatan dengan operasi mengambil proyektil peluru yang bersarang di tubuhnya.

Ade Irma masih dengan ketegaran hati seorang bocah kecil yang tidak tahu apa – apa tentang keadaan saat itu kemudian berkata kepada Hendrianti, “kakak jangan menangis, adik sehat.” cerita Hendrianti. Seketika itu juga kala mendengar perkataan adiknya, makin hancur hati Hendrianti.

Di tengah masa kritisnya, Ade Irma sempat bertanya, “ kenapa ayah mau dibunuh mama? “ ucapnya dengan nada polos seperti yang diutarakan oleh Hendrianti.

Beberapa saat setelah bertanya demikian, tepatnya tanggal 6 Oktober 1965 Ade Irma Suryani menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ade Irma menyusul sang ajudan ayahnya Pierre Tendean yang terlebih dahulu dibunuh di lubang buaya. Duka keluarga Nasution adalah duka seluruh bangsa ini yang mengharapkan kejadian serupa tidak terulang. (dd)

(wd)