Pend & Budaya

Dewan Kesenian Surakarta Selenggarakan Jambore Sanggar Seni Surakarta

Pend & Budaya

24 September 2019 04:25 WIB

Narasumber Suryandoro (kiri), S Pamardi (kanan) dan Moderator Turah Hananto (tengah) dalam jambore sanggar seni 2019.


Solotrust.com- Dewan Kesenian Surakarta (DKS) beserta Dinas Kebudayaan Surakarta selama dua hari yakni Jumat-Sabtu (20-21/ 9 / 2019) ini mengadakan acara Jambore Sanggar Seni 2019 dan serta Launching Sistem Informasi Managemen Sanggar Jaring Kabar Jagad Jembar Sanggar Seni Surakarta (Jangkar Sangseni Sura) di Sala View.



“Jambore Sanggar Seni ini merupakan impian kita bersama agar sanggar-sanggar seni apa pun ke depannya bisa menjadi rumah silahturahmi, rumah bersama-sama  rumah untuk membangun sanggarnya masing – masing yang namanya Jambore Sanggar Seni.” Papar Teguh Prihadi selaku panitia pelaksana.  

Pada jamboree kali ini kuota peserta yang diundang berjumlah 100 sanggar seni. “Untuk kali ini yang diundang masih terbatas pertama kali dan masih mencari formula yang tepat untuk ke depannya.” Lanjut Teguh melanjutkan.

Potensi sanggar seni di kota Surakarta sangat besar, oleh karena itu sudah saatnya paradigma sistem pembinaan sanggar seni dirubah. Pembinaan tidak sekedar memberi subsidi dana pada setiap grup-grup kesenian, tetapi juga membangun interaksi kultural antara yang dibina dan juga pembina agar supaya lebih berdaya lagi.

Di sisi yang lain perlu juga pembinaan tata kelola untuk penguatan sanggar seni yang telah ada agar mereka dapat berkembang dan mandiri mengingat pengelolaan kerja dan pengorganisasian yang ada di setiap sanggar berbeda-beda.

Sementara itu pada hari pertama pelaksanaan acara, pemateri atau nara sumber pada acara tersebut adalah Suryandoro seorang founder dari drama wayang Swargaloka Jakarta dan S. Pamardi serta dipandu oleh moderator aktivis teater kota Surakarta Turah Hananto.

S.Pamardi berpendapat bahwa sanggar-sanggar seni yang ada harus mengikuti perkembangan zaman, dengan melek teknologi dan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mempromosikan dan memperkenalkan sanggar-sanggar seni yang ada.

Sedangkan Suryandoro mengatakan, tidak mudah memang mengelola sebuah sanggar agar bisa menjadi besar dan hidup serta menghidupi. “Saya mendanai Swargaloka juga melalui pasang surut. Saya pernah kehilangan dua rumah serta mobil yang saya jual untuk membiayai keberlangsungan pementasan drama wayang Swargaloka.” ujarnya mengisahkan suka duka dalam mengelola sanggar seni Swargaloka di Jakarta.

Pada hari kedua, para peserta jambore diminta untuk berlatih membuat sebuah pertunjukkan sederhana yang nantinya akan dipresentasikan.

“Nanti karya spontan ini akan kita ajukan untuk pengajuan anggaran 2020 agar jambore sanggar seni mendatang bisa terlaksana kembali.” Kata Is Purwaningsih Kabid Pelestarian Budaya Dinas Kebudayaan Surakarta.

Hal itu diamini oleh Teguh Prihadi yang mengatakan bahwa rencananya Jambore Sanggar Seni 2020 akan kembali dilaksanakan di tempat yang lebih representative, agar bisa kembali menjadi wadah bagi perwakilan sanggar-sanggar seni bisa saling bertukar pikiran, ilmu dan makin mempererat rasa kekeluargaan antar sanggar seni di kota Surakarta. Pada acara tersebut juga diluncurkan Sistem Informasi Manajemen Sanggar Jaring Kabar Jagad Jembar Sanggar Seni Surakarta. (dd)

(wd)