Ekonomi & Bisnis

Atasi Inflasi Cabai, Kpw BI Solo Kembangkan Klaster Cabai Sragen

Ekonomi & Bisnis

18 Agustus 2019 12:01 WIB

PSBI untuk Klaster Cabai Sragen

SOLO, solotrust.com - Komoditas cabai menjadi penyumbang inflasi terbesar pada Juli 2019 karena mengalami inflasi sebesar 61,39% (month to month) untuk cabai rawit, Cabai Merah inflasi sebesar 26,80% (mtm), dan Cabai Hijau inflasi 38,35% (mtm). Menyikapi kondisi ini, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan pengendalian inflasi melalui pengembangan sejumlah klaster pengendalian inflasi untuk mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang stabil.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Bambang Pramono menjelaskan, sumber tekanan inflasi dari sisi permintaan dapat dipengaruhi BI melalui kebijakan moneter. Sedangkan dari sisi penawaran yang ada di luar pengendalian BI, dilakukan program pemberdayaan sektor riil dan UMKM melalui pola klaster. Adapun sektor/komoditas yang dipilih antara lain didasarkan pada kriteria komoditas yang menjadi sumber tekanan inflasi.



"KPw BI Solo melaksanakan program pengembangan UMKM menggunakan pendekatan klaster dalam rangka mendukung program pengendalian inflasi melalui penguatan di rantai suplai (supply chain). Program ini dilaksanakan dalam bentuk bantuan teknis dari sisi on farm maupun off farm, dari sisi teknis budidaya, pengolahan pasca produksi, perluasan akses pasar, akses informasi, akses permodalan, pemasaran, manajemen usaha, dan penguatan kelembagaan," tuturnya, Jumat (16/8/2019).

Untuk itu, setelah pada tahun 2015-2018, dilakukan pengembangan Klaster Cabai Poktan Subur Makmur, Desa Ngroto, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, maka BI Solo membangun Klaster Cabai Gapoktan Ngargotirto Makmur berlokasi di Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Klaster ini sebagai perluasan upaya BI Solo dalam pengendalian harga cabai yang tinggi volatilitasnya.

Adapun varietas cabai yang banyak dikembangkan di Sumber Lawang adalah cabai rawit. Bank Indonesia Solo mengembangkan klaster cabai di Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen dengan pertimbangan produktivitas yang masih rendah yaitu skeitar 4,5 ton per Ha dan berpotensi untuk bisa ditingkatkan. Selain itu, masyarakat yang mayoritas hidup di bawah garis kemiskinan memerlukan program pemberdayaan yang bermanfaat untuk peningkatan kesejahteraan.

Pendampingan untuk peningkatan produktivitas ini dilaksanakan melalui pilot project implementasi teknologi yaitu pengolahan lahan dengan cultivator, penyediaan air dengan pompa dan perlindungan tanaman dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan sarana mulsa dan rain shelter. Selain itu, pendampingan intensif oleh PPL setempat dalam teknis budidaya dilakukan melalui kerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sragen.

"Musuh utama budidaya tanaman cabai adalah cuaca yang menjadi salah satu faktor penentu produktivitas cabai. Ketersediaan pasokan air saat musim kemarau menjadi prasyarat agar petani cabai dapat menanam cabai pada semua musim. Dengan pola tanam pada segala musim, diharapkan produktivitas cabai rawit meningkat dan dapat memenuhi permintaan konsumsi cabai di Solo Raya," paparnya.

Program Gerakan Tanam Cabai Di Segala Musim ini sebagai percontohan dalam rangka mendukung ketersediaan pasokan yang kontinyu antara lain dengan mengatasi masalah ketersediaan air melalui pemberian pompa air. Pihaknya melakukan pemberian 10 unit pompa air dan akan disusul sejumlah sarana prasarana lain melalui Program Bantuan Sosial Bank Indonesia (PSBI). Dengan harapan mendukung program pengendalian inflasi dari sisi supply.

Adapun bantuan pertama telah diserahkan pada Jumat, 16 Agustus 2019  terdiri atas 10 unit pompa air untuk dipergunakan mengairi lahan cabai Klaster Cabai Gapoktan Ngargotirto Makmur yang telah mulai ditanami meskipun musim kemarau untuk antisipasi dampak musim kering panjang di tahun 2019.

Melalui upaya ini diharapkan pada tahun 2019, inflasi Kota Surakarta Tahun 2019 dapat terkendali sehingga secara keseluruhan inflasi dapat terjaga dalam sasaran nasional 3,5% ±1% dengan didukung oleh penguatan koordinasi untuk mitigasi risiko yang dapat menganggu pencapaian sasaran inflasi.

"Pemerintah dan Bank Indonesia berkomitmen untuk terus memperkuat koordinasi dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah sebesar 3,5%±1% di 2019, serta 3%±1% di 2020 dan 2021," pungkasnya. (Rum)

(wd)