Serba serbi

Batik Indonesia Dipamerkan di Afrika Selatan

Serba serbi

19 Juni 2019 06:10 WIB

Koleksi batik dari Lovely Zia dalam Pameran ATF 2019 di Cape Town International Convention Centre, Afrika Selatan. (Foto: Instagram @lovely_zia_).

Solotrust.com - Batik kembali dipamerkan di kancah internasional. Kali ini dalam Apparel, Textile and Footwear (ATF) Trade Exhibition 2019 yang diadakan dari 12-14 Juni 2019 di Cape Town International Convention Centre, Afrika Selatan. Koleksi teranyar para designer dan pengusaha batik yang datang dari Lampung, Pekalongan, Bandung dan Cape Town dipamerkan dalam acara ini.

Baca juga:



Kemenperin Kenalkan Batik Analyzer, Aplikasi untuk Bedakan Kain Batik Asli dan Tiruan

“Batik telah lama diakrabi masyarakat Afrika Selatan. Kehadiran kita di sini memang masih terbatas, tapi produk-produk kain dan batik kita yang berkualitas tinggi mempunyai potensi besar untuk dipasarkan. Sinergi yang baik antara KBRI Pretoria, KJRI Cape Town and ITPC Johannesburg harus terus dilanjutkan untuk mempopulerkan batik di Afrika", demikian disampaikan Konsul Jenderal RI di Cape Town, Krishna Adi Poetranto, pada saat pembukaan Paviliun Indonesia pada hari pertama pameran, sebagaimana dikabarkan Kementerian Luar Negeri RI via lamannya (15/6).

Pada pameran kali ini Batik Siger yang telah berpengalaman menampilkan koleksinya di berbagai negara menghadirkan koleksi busana pria dan wanita dengan corak siger yang sangat khas Lampung.

Keunikan model usaha Batik Siger  terutama adalah pemberdayaan ibu rumah tangga dan penyandang disabilitas dalam proses bisnisnya, yang menjadi alasan pemerintah menganugerakan penghargaan Upakarti kepada perusahaan ini pada tahun 2014 silam.

Baca jugas:

Batik Warnai Sidang Dewan Keamanan PBB

Lovely Zia, perusahaan fashion asal Bandung menampilkan busana batik kontemporer untuk wanita dan pria seperti patch work skirt, kemeja, dress, dan outer.

Sementara itu Aruni Batik Pekalongan menampilkan busana batik untuk pria dan kain batik tulis. Sedangkan Annie.B Cape Town menampilkan kain-kain khas Bali, perhiasan perak, aksesoris dan tas rotan.

Batik cukup dikenal di Afrika Selatan. Dubes RI di Pretoria mengatakan, “Kecintaan Presiden Nelson Mandela terhadap batik Indonesia bukanlah cerita baru. Mandela seakan identik dengan baju batik lengan panjang, hingga potret dan patung Sang Presiden kebanggaan masyarakat Afrika Selatan tersebut sering ditemukan memakai wastra nusantara kita".

Kendati demikian, mayoritas masyarakat Afrika yang mengenal batik dengan istilah “Madiba Shirt" seringkali tidak mengetahui latar belakang batik yang berasal dari negara sahabatnya, Indonesia.

Melalui pameran ATF inilah, KBRI Pretoria, KJRI Cape Town dan ITPC Johannesburg berkolaborasi untuk terus mempopulerkan dan memasarkan batik dengan lebih terarah.

Batik yang resmi menjadi warisan dunia versi UNESCO sejak tahun 2009 diharapkan semakin mendunia dan menjadi penggerak ekspor industri kecil dan menengah.

Melalui kegiatan pameran ini, pemerintah memperkenalkan pengusaha garmen Indonesia kepada kelompok usaha Afrika Selatan untuk dapat saling membuka peluang bisnis.

Kementerian Perindustrian menyatakan nilai ekspor komoditas tenun dan batik mencapai USD53,3 juta pada tahun 2018, dengan negara tujuan ekspor utama Jepang, Belanda, dan Amerika Serikat.

Menurut Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), kinerja industri tekstil dan pakaian jadi tumbuh menggembirakan di atas dua digit tahun lalu. Pemerintah mendukung penuh sektor industri tekstil karena sifatnya yang padat karya dan dominasi penggunaan bahan baku dalam negeri.

ATF sendiri merupakan pameran tahunan tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki terbesar di Afrika yang setiap tahunnya berhasil mendatangkan pengunjung sebanyak kurang lebih dua ribu orang, dan menarik setidaknya 500 pelaku pameran dari berbagai negara. (Lin)

(wd)