Hard News

Operator BST Sambut Baik Buy The Service, Linier Aglomerasi Subosukawonosraten

Jateng & DIY

17 Juni 2019 15:32 WIB

Direktur PT Bengawan Solo Trans, Farida Wardhatul Jannah (kanan) saat bersama Kadishub Surakarta Hari Prihatno (kiri) di kantor Dinas Perhubungan Kota Surakarta, Rabu (6/2/2019) lalu. (dok. solotrust.com).

SOLO, solotrust.com - PT. Bengawan Solo Trans selaku operator armada Batik Solo Trans (BST) menyambut baik jalinan kerja sama antara Kementerian Perhubungan RI dengan Pemkot Surakarta untuk mengaplikasikan program Buy The Service pada transportasi massal di Kota Bengawan tersebut.

Baca juga: Pemkot Alihkan Operator Koridor 1 ke PT. BST



Pasalnya, beberapa tahun terakhir PT. Bengawan Solo Trans merasa terbebani dengan biaya operasional tiga koridor yang dijalankan lantaran tidak sebanding dengan pendapatan dari tiket penumpang. Beberapa waktu lalu Direktur PT Bengawan Solo Trans, Farida Wardhatul Jannah mengutarakan keluhan tersebut pada Wali Kota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo.

Pemkot bersama Kemenhub kini tengah menindaklanjuti dengan mematangkan program Buy The Service diawali dengan kajian dan survey. Nantinya, dengan Buy The Service yang ditargetkan dapat terealisasi pada tahun 2020 mendatang, operasional BST bakal lebih optimal karena tidak akan terbebani lagi dari sisi biaya operasional.

Belakangan ini, PT. Bengawan Solo Trans terpaksa mengandangkan belasan armada dari ketiga koridor agar tetap bisa menutup biaya operasional. Salah satunya, Koridor II dari operasional tahun 2017 menyediakan 21 unit bus kini hanya maksimal 8-10 unit bus. Tak dipungkiri, merebaknya jasa transportasi online dengan mengedepankan layanan-layanan unggulan kepada customer cukup mampu mengalihkan hati masyarakat pengguna BST.

”Dampaknya jeda waktu antar bus menjadi lebih lama karena koridor tak berjalan optimal, biaya operasional, Tunjangan Hari Raya (THR) saat lebaran hingga profit kepada investor bebannya besar, ini yang kami sampaikan kepada pak Wali dan meminta bantuan. Kami harap masyarakat bisa memahami, akan tetapi kami tetap berkomitmen memberikan pelayanan sebaik mungkin, selain itu, agar Buy The Service dapat segera berjalan,” ujar Farida kepada wartawan Senin (17/6/2019).

Adapun program Buy The Service berjalan linier dengan konsep Aglomerasi Subosukawonosraten (Eks Karesidenan Surakarta), penerapanya serupa dengan transportasi massal aglomerasi bus rapid transit (BRT) di Jawa Tengah rute Purbalingga-Purwokerto dan Bawen-Semarang. Yang diutamakan dalam program ini adalah pelayanan kepada publik, termasuk kesejahteraan pegawai, bukan lagi menyoal untung rugi. Program tersebut menjadi bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2015-2019 tentang konektivitas dan angkutan publik perkotaan.

”Dengan Buy The Service atau tidak ada penumpang tetap jalan, lima kota yang menjadi proyek percontohan adalah Solo Raya, Medan, Palembang, Denpasar Raya, dan Sorong,” ujar Konsultan Kementetrian Perhubungan (Kemenhub) Republik Indonesia, Djoko Setijowarno kepada wartawan, Selasa (20/5/2019) lalu.

Kepala Bidang Angkutan Jalan, Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah, Ginaryo menjelaskan, saat ini sudah dilakukan pengembangan Aglomerasi di Subosukowonosraten, menurut detail engineering desain (DED) Solo Raya diusulkan ada 6 Koridor. Salah satunya, Sragen – Pilangsari - Solo.

"Hitungannya nanti pemerintah membayar Rp 7.500 per satu kilometer kepada operator," sebutnya. (adr)

(wd)