Hard News

Pendiri Gojek Nadiem Makarim Raih Penghargaan Nikkei Asia Prize

Hard News

02 Juni 2019 02:05 WIB

Pendiri dan CEO Gojek Nadiem Makarim menerima penghargaan dari Presiden & CEO Nikkei Inc. Naotoshi Okada.

TOKYO, solotrust.com - Nadiem Makarim, pendiri dan CEO Gojek, mendapat penghargaan “Nikkei Asia Prize ke-24 untuk Inovasi Ekonomi dan Bisnis” di Tokyo, Jepang, Rabu, 29 Mei 2019. Nikkei Asia Prize diberikan oleh Nikkei Inc. sejak 1996 untuk para individu maupun organisasi yang dinilai berkontribusi luar biasa bagi pengembangan kawasan dan membantu menciptakan masa depan lebih baik bagi masyarakat Asia.

Nadiem menjadi tokoh teknologi penerima penghargaan termuda se-Asia di sepanjang sejarah Nikkei Asia Prize, sekaligus menjadi anak bangsa pertama yang berhasil meraih penghargaan bergengsi pada kategori ini. Penghargaan Nikkei Asia Prize hadir dalam tiga kategori: Inovasi Ekonomi dan Bisnis, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Budaya dan Masyarakat.



Menurut Nikkei, penghargaan yang diraih Nadiem terkait kontribusi Gojek mendorong pertumbuhan ekonomi, memudahkan keseharian pengguna, dan meningkatkan pendapatan mitra. Bermula dari aplikasi transportasi penyedia layanan ojek online, Gojek berkembang menjadi superapp, platform mobile on-demand di Indonesia. Dalam kurun waktu satu tahun, Gojek yang berkantor pusat di Indonesia telah ekspansi ke Vietnam, Thailand, Singapura dan Filipina.

”Merupakan suatu kehormatan bagi kami untuk menerima penghargaan dari Nikkei, salah satu institusi paling berpengaruh di Jepang, yang telah diakui oleh banyak pemimpin dari Asia. Sejak awal mendirikan Gojek, kami selalu berusaha untuk mempermudah hidup masyarakat dengan menggunakan teknologi. Saya bersyukur menjadi bagian dari tim inovatif yang mampu mewujudkan berbagai hal menjadi mungkin setiap harinya,” tuturnya melalui siaran pers yang diterima solotrust.com, Kamis (30/5/2019).

Kontribusi Gojek divalidasi oleh hasil riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) yang dirilis pada Maret 2019. Hasil riset menunjukkan pada 2018 kontribusi Gojek terhadap perekonomian Indonesia mencapai Rp 44,2 triliun, dari pendapatan mitra driver, mitra UMKM, serta penyedia layanan, setelah bergabung dalam ekosistem Gojel.

Dalam riset itu juga diungkap, para mitra Gojek percaya diri dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui kemitraan dengan Gojek. Temuan riset lain menunjukkan peningkatan penghasilan rata-rata para mitra (45% untuk mitra Go-Ride dan 42% untuk mitra Go-Car), hingga berada di atas Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Sebanyak 93% mitra UMKM Go-Food mengalami peningkatan volume transaksi setelah bermitra dengan Go-Food.

Empat manfaat utama yang dirasakan para mitra UMKM adalah usaha menjadi lebih populer (95%), peningkatan frekuensi penjualan (97%), peningkatan omzet (97%), dan mendapat pelanggan baru (96%). Ini menambah daftar dampak positif kemitraan dengan Gojek, yang antara lain membuat 95% penyedia layanan Go-Life dalam riset LD FEB UI itu merasa percaya diri akan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa bergantung pada orang lain.

 “Seluruh pencapaian Gojek merupakan hasil kerja keras para mitra driver, mitra merchant, serta penyedia layanan kami, yang telah memberikan manfaat luar biasa bagi jutaan masyarakat pengguna layanan aplikasi kami. Kami berharap untuk terus bertumbuh dan berkontribusi lebih banyak lagi di negara-negara tempat kami beroperasi, dengan memanfaatkan teknologi untuk hal-hal positif dan menciptakan dampak sosial ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat,” paparnya.

Nikkei Asia Prize meliputi penghargaan senilai USD 30.000 (sekitar Rp 430 juta) yang akan disumbangkan Nadiem Makarim untuk membantu biaya pendidikan anak dari para mitra driver Gojek di Indonesia. Gojek akan menggandakan donasi itu sehingga menjadi total sebesar USD 60.000 (sekitar Rp 860 juta) yang akan disalurkan untuk bantuan biaya pendidikan anak para mitra driver.

Beberapa tokoh Indonesia yang sebelumnya mendapat penghargaan Nikkei Asia Prize antara lain Bapak Kependudukan Indonesia Prof. Dr. Widjojo Nitisastro (1996, kategori pertumbuhan regional), Christine Hakim (2002, kategori kebudayaan), Dr. Laretna T. Adishakti (2009, kategori kebudayaan) serta Ki Manteb Soedarsono (2010, kategori kebudayaan). (Rum)

()