Hard News

Tiga Harimau Sumatera Baru Berhasil Diidentifikasi di Taman Nasional Berbak Sembilang

Hard News

29 April 2019 13:28 WIB

Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). (Dok. Taman Nasional Berbak Sembilang)

Solotrust.com - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Taman Nasional Berbak Sembilang (TNBS) di Jambi bersama mitra Zoological Society of London (ZSL) berhasil mengidentifikasi tiga individu baru harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Identifikasi tersebut berdasarkan hasil analisis kamera perangkap di kawasan TNBS. Hal ini dikabarkan KLHK via lamannya, Kamis (27/4/2019).

Ketiga individu harimau tersebut diberi nama oleh Gubernur Jambi dengan nama khas daerah Jambi yaitu Bujang, Kulup dan Supik. Bujang dan Kulup merupakan harimau sumatera jantan, sedangkan Supik berjenis kelamin betina.



Kepala Balai TNBS, Pratono Puroso mengatakan, kunci sukses penemuan tersebut diantaranya adalah adanya dukungan dari mitra, khususnya dalam hal monitoring yang cakupannya dapat diperluas.

"Kalau misalnya dulu X hektar, dengan adanya dukungan dari mitra ini bisa X plus, otomatis karena cakupannya lebih luas, individu yang belum terdeteksi di kegiatan sebelumnya akhirnya dapat diketahui," jelas Pratono.

Lanjut Pratono, kunci sukses lainnya adalah dari sisi pengamanan. Adanya pengamanan yang rutin mencakup wilayah-wilayah yang merupakan habitat strategis bagi harimau menjadikan mereka merasa aman untuk berkembang biak di sana. Sehingga, dengan adanya perkembangbiakan otomatis akan menambah individu baru. Kerja sama dengan mitra juga meningkatkan kapasitas SDM. 

Kemampuan untuk mengidentifikasi corak loreng kedua sisi harimau diperlukan untuk menentukan individu baru berdasarkan data-data yang ada sebelumnya. Setiap individu harimau yang telah diidentifikasi kemudian diberi nama berdasarkan corak lorengnya.

"Kalau tidak ada kemampuan, foto ya cuma foto saja tidak ada hasil analisis, tapi dengan adanya SDM yang bisa mengidentifikasi Individu harimau akhirnya bisa disimpulkan ini individu yang baru," jelas Pratono.

Berdasarkan data hasil monitoring, pada tahun 2016 tingkat kepadatan populasi harimau adalah 1,2 per individu pada 100 km persegi. Data terbaru pada tahun 2018, kepadatannya meningkat 1,4 per km persegi.

Pratono menerangkan bahwa monitoring sangat penting dilakukan, karena akan diketahui tren populasi harimau sumatera.

"Dari hasil monitoring itu akan diketahui, kalau misalnya naik berarti aman, namun naik juga belum tentu baik, tergantung dari carrying capacity dari habitatnya. Begitu juga dengan penurunan, sehingga kita tau tindakan-tindakan seperti apa yang harus kita lakukan," terang Pratono.

Monitoring yang dilakukan bukan hanya untuk melihat satwa harimau, namun juga melihat kondisi satwa mangsanya dan habitatnya. Selain itu, termasuk juga tanda-tanda perburuan dan aktivitas yang lain akan diketahui dari hasil monitoring. Sehingga pengambilan keputusan untuk konservasi harimau itu akan lebih terarah dan fokus.

Saat ini, diperkirakan harimau sumatera di alam liar berjumlah sekitar 600 ekor. (Lin)

(wd)