Hard News

Tren Perkawinan Usia Muda di Jateng Masih Tinggi

Hard News

25 April 2019 09:32 WIB

Kepala BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Wagino (solotrust-vita)

SEMARANG, solotrust.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) perwakilan Provinsi Jawa Tengah menyebut angka perwakawinan usia muda masih cukup tinggi. Hal itu diungkapkan oleh Kepala BKKBN Jateng Wagino.

“Di Jawa Tengah, perkawinan usia muda khususnya di bawah 16 tahun juga cukup tinggi. Ini juga perlu kita waspadai bersama,” ujarnya usai mengisi workshop ‘Penyiapan Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja Putri Sebagai Calon Ibu, Bagi Pengelola Genre, dan Kelompok Bina Keluarga Remaja’ di Semarang, belum lama ini.



Data Badan Pusat Statistik tahun 2010 menunjukan, kasus perceraian kelompok usia tertinggi menimpa kelompok usia 20 sampai 24 tahun. Tingginya angka perceraian ini disebabkan antara lain pernikahan di usia muda dan pemahaman yang masih kurang akan persiapan kehidupan berumah tangga di kalangan remaja.

Menurutnya, perencanaan perlu dilakukan dengan matang sebelum menikah. Terutama bagi remaja-remaja putri, harus benar-benar disiapkan untuk menjadi seorang ibu dan membentuk generasi yang terencana. Sehingga terhindar dari masalah-masalah yang mungkin terjadi.

Kegiatan workshop ini juga bertujuan untuk menguatkan peran Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) dan Bina Keluarga Remaja (BKR) dalam edukasi tentang penyiapan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja dan keluarga yang memiliki remaja.

“Mudah-mudahan dengan acara ini, peran remaja-remaja kita untuk memahami tentang kesehatan reproduksi  dan pendewasaan usia perkawinan yang penting. Jangan sampai lulus SMA langsung menikah, atau bahkan tidak sampai lulus sekolah anak-anak ini pada menikah,” tuturnya.

Saat ini, BKKBN Jateng terus memfokuskan beberapa daerah yang masih masuk zona merah perkawinan usia dini antara lain Kabupaten Wonosobo, Temanggung, Brebes, dan Banjarnegara. (vita)

(way)