Pend & Budaya

Kreatif! Pelajar di Semarang Sulap Limbah Tahu Jadi Dompet Cantik

Pend & Budaya

6 April 2019 02:12 WIB

Pelajar SMAN 3 Semarang memamerkan kerajinan dompet hasil olahan limbah tahu. (Dok Humas Pemprov Jateng)

SEMARANG, solotrust.com – Limbah tahu cair seringkali menimbulkan bau menyengat jika hanya dibuang di saluran pembuangan air. Namun di tangan pelajar SMAN 3 Semarang, limbah tahu justru diubah jadi barang yang memiliki nilai ekonomis.

Lewat ide kreatifnya, Azarin Kayla menyulap limbah tahu menjadi dompet cantik. Dompet itu ia pamerkan di stan pameran dalam rangka Peringatan Hari Air Dunia XXVII Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Klaten, Kamis (4/3/2019).



Siswa kelas X itu menjelaskan, sebenarnya ada dua jenis limbah produksi tahu, yakni limbah padat dan limbah cair. Menurutnya, limbah padat sering digunakan sebagai pakan ternak. Namun untuk limbah cair, kebanyakan produsen tahu masih membuangnya ke sungai karena belum memiliki teknologi pengolah limbah.

Padahal kandungan dalam limbah cair sangat berbahaya jika dibuang langsung ke air. Limba cair mengandung Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD), serta potential of Hydrogen (pH) atau tingkat kebasaan air. Kandungan itu yang bisa menimbulkan bau tak sedap, mengurangi kadar oksigen dalam air, dan meningkatkan kekeruhan air.

Dari masalah itulah, Azarin bersama rekannya mengolah limbah cair tahu menjadi dompet cantik yang dipadu dengan anyaman eceng gondok. Harganya, untuk dompet ukuran kecil dibanderol Rp95 ribu dan yang besar Rp110 ribu.

Proses pembuatannya, dimulai dengan mengolah limbah cair tahu diberi bakteri. Limbah pun berubah menjadi nata, yang kemudian dikeringkan.

Nata kering yang berbentuk lembaran inilah yang selanjutnya diolah menjadi kerajinan seperti tas, dompet, tempat pensil, dan sebagainya. Agar rata, lembaran kering disetrika terlebih dahulu. Sedangkan untuk menghilangkan bau, lembaran nata direndam dengan kopi selama 10 jam.

“Produk ini selain memberi sumbangsih pada penyelamatan ekosistem sungai dari pencemaran limbah tahu, juga bisa mengangkat nilai budaya lokal, dan tentunya ramah lingkungan,” ujarnya.

(way)