Ekonomi & Bisnis

Inflasi Kota Solo Bulan Maret Tinggi, Ini Penyebabnya

Ekonomi & Bisnis

3 April 2019 11:02 WIB

Ilustrasi.

SOLO, solotrust.com - Inflasi kota Surakarta (Solo) terhitung cukup tinggi untuk periode bulan Maret 2019 yaitu di angka 0,29 persen atau di peringkat 68 dari 82 kota di Indonesia yang dihitung angka inflasinya. Hal itu diungkap oleh R. Bagus Rahmat Susanto, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Surakarta saat mengeluarkan rilis rutin bulanan di kantornya di wilayah Setabelan, Solo.

"Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga oleh BPS, pada Maret 2019 di Kota Solo terjadi inflasi sebesar 0,29 persen. Kota Solo menduduki peringkat 68 dari 82 kota yang dihitung angka inflasinya. Ini tidak biasanya, cukup tinggi, biasanya Solo di peringkat 20an, baru kali ini di 60an," tuturnya, Senin (1/4/2019).



Inflasi sebesar 0,29 persen ini disertai kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di angka 130,05, lebih tinggi dibanding bulan Februari 2019 yang sebesar 129,67. Lebih tinggi jika dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya 0,18 persen. Dan jauh lebih tinggi bila dibanding bulan Februari 2019 dimana kota Solo justru mengalami deflasi 0,11 persen. Sedangkan laju inflasi tahun kalender (Januari-Maret) 2019 sebesar 0,58 persen dan year on year atau yoy (Maret 2019 terhadap Maret 2018) mencapai 1,79 persen.

Dari 7 kelompok pengeluaran konsumsi yang dihitung IHKnya, 6 kelompok pengeluaran mengalami kenaikan yaitu kelompok bahan makanan naik 1,18 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau nak 0,40 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar naik 0,2 persen; kelompok sandang naik 0,11 persen; kelompok kesehatan naik 0,14 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga naik 0,01 persen. Sebaliknya, kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan turun 0,18 persen.

Dari 129 komoditas berubah, tercatat sebanyak 81 mengalami kenaikan harga sehingga menyumbang inflasi, sedangkan 48 mengalami penurunan harga. Adapun 10 komoditas utama penyumbang inflasi meliputi bawang putih, bawang merah, air kemasan, gudeg, pepaya, pisang, buncis, teh dan mie instan. Sementara itu, 10 komoditas utama penghambat inflasi atau penyumbang deflasi antara lain daging ayam ras, angkutan udara, bensin, wortel, tomat sayur, telur ayam ras, cabai hijau, labu siam/jipang, bayam dan apel.

"Komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga memberikan sumbangan inflasi terutama bawang putih yang naik sebesar 30,25 persen dan bawang merah yang naik 24,03 persen. Komoditas yang biasanya turut menyumbang inflasi, kali ini justru menghambat inflasi, seperti daging ayam ras dan telur ayam ras," terang Bagus.

Meski terhitung cukup tinggi, inflasi kota Solo masih di bawah tingkat inflasi nasional yang mencapai 0,35 persen pada Maret 2019. Dari 82 kota yang dihitung IHKnya, 51 kota mengalami inflasi dan 31 kota terjadi deflasi. Kota Ambon mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,86 persen dan inflasi terendah terjadi di Bekasi dan Tangerang, masing-masing hanya 0,01 persen. Sebaliknya deflasi terbesar terjadi di Kota Tual sebesar 3,03 persen dan deflasi terkecil terjadi di kota Palembang, Batam, dan Sampit yang masing-masing 0,01 persen.

Adapun di Pulau Jawa, dari 26 kota yang dihitung IHKnya, 23 kota tercatat mengalami inflasi dan 3 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Cilegon sebesar 0,37 persen dan inflasi terendah terjadi di Bekasi dan Tangerang yaitu masing-masing 0,01 persen. Sebaliknya, deflasi terjadi di kota Probolinggo sebesar 0,12 persen, Sumenep 0,07 persen dan Jember 0,06 persen. (rum)

(wd)