Hard News

Diduga Terlibat Terorisme, Perempuan di Klaten Ditangkap Densus 88

Jateng & DIY

15 Maret 2019 13:32 WIB

Rumah orang tua YW, terduga teroris di Klaten.

KLATEN, solotrust.com- Puluhan anggota Densus 88 antiteror dan Polres Klaten mengamankan seorang terduga teroris di Desa Joton, Kecamatan Jogonalan, Klaten, Kamis (14/3/2019) sore.

Penangkapan terduga teroris berinisial YW berjenis kelamin perempuan tersebut karena diduga merupakan jaringan dari teror bom di Sibolga, Medan, Sumatera Utara beberapa hari yang lalu.



Dalam penangkapan yang dilakukan oleh petugas, terhitung sangat cepat, sehingga warga sekitar rumah tidak mengetahui proses penangkapan yang dilakukan oleh tim Densus 88.

Berdasarkan keterangan dari Ketua RT setempat Jangkung Sudono, pihak kepolisian sudah melakukan ijin kepada ketua RT dan ketua RW untuk melakukan penggeledahan di rumah terduga T-W.

“Penggeledahan yang berlangsung selama kurang lebih setengah jam tersebut, Polisi berhasil membawa sebuah kotak berukuran sedang dan bekas plester yang cukup banyak,” katanya kepada wartawan, Kamis (14/3/2019) sore.

Dia menjelaskan, YW merupakan istri dari IW yang memiliki 3 orang orang anak dan semuanya berdomisili di Tangerang, Jawa Barat.

“Saat tinggal di Klaten YW dikenal sebagai pribadi pendiam jarang bergaul dengan warga setempat dan berpenampilan biasa dengan memakai kerudung dan baju sangat tertutup,” ujarnya.

Ia menambahkan, dalam penangkapan dan penggeledahan tersebut sempat gegerkan warga sekitar untuk melihat sekitar lokasi rumah orang tua YW.

“Ya,banyak yang melihat. Warga penasaran saja,” kata dia.

Atas kejadian tersebut, pihak keluarga tidak berkomentar banyak terkait penangkapan yang dilakukan oleh tim Densus 88 anti teror.

“Saya sempat kaget karena anak saya dibawa begitu saja oleh Polisi. Saya sangat terharu karena tidak mengetahui apa-apa dan anak ini baru pulang dari Jakarta selama 10 hari untuk menjenguk saya karena diberi kabar karena saya sedang sakit,” ujar SY orang tua terduga teroris.

Menurut SY, YW saat ini bekerja sebagai buruh pabrik sejak lulus Sekolah Menegah Atas (SMA) hingga menetap di Tangerang.

“Dia itu jengguk saya, karena mendengar kabar kalau saya sakit. Bahkan dia pulang ini tidak sampai pamit suaminya, mungkin karena terburu buru,”pungkasnya. (Jaka) 

(wd)