Pend & Budaya

Ikut Nihongo Partners, Peminat Bahasa Jepang di Regina Pacis Tinggi

Pend & Budaya

6 Maret 2019 02:08 WIB

Kegiatan pengenalan budaya Jepang.

SOLO, solotrust.com- Di saat Bahasa Jepang hanya menjadi kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah lain di Solo, SMA Regina Pacis (Ursulin) justru memberi porsi untuk Bahasa Jepang sebagai salah satu pilihan mata pelajaran bahasa yang bisa diambil anak didik.

Guru Bahasa Jepang SMA Regina Pacis (Ursulin) Solo, Anna Maria, mengungkap sejak tahun 2011 sudah ada program Bahasa Jepang di Regina Pacis (Ursulin). Siswa sejak kelas 10 sudah bisa memilih Bahasa yang ingin dipelajari, seperti bahasa Jerman atau bahasa Jepang. Sehingga bila memilih bahasa Jepang dari kelas 10 maka akan terus ambil mata pelajaran hingga kelas 12.



"Tahun lalu berbeda kurikulum dengan tahun ini yang menerapkan kurikulum 13. Sehingga tahun ini durasi mata pelajaran Bahasa Jepang bisa mencapai 4 jam dalam 1 minggu. Sedangkan tahun lalu hanya 2 jam durasinya," tuturnya pada solotrust.com, Minggu (3/3/2019).

Di tahun ke 8 ini, sebanyak 127 siswa mengambil kelas Bahasa Jepang, terdiri dari kelas 10 Lintas Minat (dibagi menjadi 2 kelas, masing-masing 21 siswa dan 28 siswa), kelas 10 Bahasa (13 siswa), kelas 11 Lintas Minat (40 siswa), kelas 12 Bahasa (9 siswa), dan Ekstrakurikuler Bahasa Jepang (16 siswa, kelas 10 dan 11 digabung).

Para siswa mempelajari bahasa Jepang sejak tingkat basic seperti huruf Jepang hiragana, mempelajari grammar simpel, dan belajar budaya Jepang. Di kelas 11 siswa akan mempelajari grammar lebih jauh, menulis huruf katakana dan kanji. Sehingga saat lulus sekolah, siswa sudah mendapatkan materi yang mumpuni untuk mengikuti ujian Noryokushiken level 5 (N5).

"Tahun 2018 lalu, 6 siswa lulus di ujian N5. Tiap tahun selalu ada yang ikut ujian N5, minimal 3 orang. Harapannya, siswa yang bisa lulus N5 di tahun 2019 ini lebih banyak, minimal 10 siswa. Namun tidak mewajibkan, bagi yang mau saja," jelasnya.

Tingginya minat siswa terhadap bahasa Jepang itu, salah satunya karena SMA Regina Pacis bekerjasama dengan Japan Foundation Indonesia melalui program Nihongo Partners (NP). NP adalah program yang mendukung pendidikan bahasa Jepang di negara-negara ASEAN untuk pengenalan bahasa dan budaya Jepang, dengan Native Speaker (NS) yang berperan menjadi mitra percakapan maupun asisten dalam kegiatan belajar-mengajar.

Tahun ini, sebagai NS sekaligus asisten pengajar Bahasa Jepang di SMA Regina Pacis adalah Kaneda Ryoko yang bertugas selama 6 bulan untuk tahun pelajaran 2018/2019. Selain itu, terdapat 5 warga negara Jepang yang bertindak sebagai NS di sekolah-sekolah di Solo Raya, yaitu di SMK 6 Solo, SMA N 1 dan SMAN 3 Sukoharjo, dan di Boyolali.

Selain kegiatan belajar mengajar rutin, salah satu bentuk pengenalan budaya Jepang yang dilakukan adalah para siswa menggelar festival atau bunkasai untuk pertama kalinya di 2019 ini. Dimana kepanitiaan menjadi tanggung jawab kelas 11 Lintas Minat yang terdiri dari 40 siswa.

Ketua Panitia Bunkasai 2019, Irene Santoso, mengatakan festival yang diadakan pada Sabtu 23 Februari lalu bertukuan mengenalkan budaya Jepang ke siswa-siswi SMP dan SMA Regina Pacis Solo, mulai dari shoudo (kaligrafi), makanan, minuman, pakaian tradisional, cosplay, dance cover, akustik, hingga kuis seputar Jepang.

"Sekolah juga memadai karena tempatnya besar. Selain itu jumlah panitia tahun ini banyak, sedangkan tahun-tahun sebelumnya kekurangan panitia. Masih ada yang kurang sih sebenarnya tapi kita berusaha sebaik mungkin. Semoga tahun depan bisa diadakan lagi," ujar Irene.

Meski mendapat respon positif dari para siswa, menurut Anna, bila melihat kurikulum 13, bahasa asing (bukan hanya bahasa Jepang) sebenarnya terhitung minoritas dan tidak mendapat cukup porsi. Padahal jumlah guru bahasa Jepang di Solo Raya terhitung banyak, lebih dari 20 orang. Akibatnya, mereka harus mengajar pelajaran lain karena tidak ada jam pelajaran bahasa Jepang.

"Hal ini membuat para guru bahasa Jepang di Solo Raya sedih juga. Salah satu upayanya melalui ekstrakurikuler atau Lintas Minat. Pengennya Bahasa Jepang tetap ada, karena generasi sekarang paling tidak harus bisa bahasa asing minimal 2," harapnya. (Rum)

(wd)