Hard News

Digitalisasi Naskah Kuno di Museum Radya Pustaka Masih Banyak Kendala

Jateng & DIY

12 Februari 2019 08:04 WIB

Pengelola Manuskrip Museum Radya Pustaka Surakarta Kurnia Herniawati menunjukkan naskah kuno koleksi Museum Radyapustaka

SOLO, solotrust.com - Berangkat dari tahun 2016 yang lalu, Museum Radya Pustaka Surakarta mengolah naskah kuno menjadi digital atau dikenal dengan digitalisasi naskah kuno.

Namun, dalam perkembangannya upaya itu menemui sejumlah hambatan sehingga belum dapat maksimal, seperti keterbatasan jumlah alat, sumber daya manusia (SDM), hingga anggaran. Dua tahun berjalan praktis dari ribuan naskah kuno belum ada separuhnya yang didigitalisasi.



"Dari 2.000 naskah kuno yang ada di museum, baru ratusan naskah yang didigitalisasi," ujar Pengelola Manuskrip Museum Radya Pustaka Surakarta Kurnia Herniawati kepada wartawan, Senin (11/2/2019).

Kurnia menguraikan, Museum Radya Pustaka hanya memiliki satu alat digitalisasi, alat itu pun disebutnya jauh dari standar.

"Selain itu jumlah pegawai yang kurang memadai dinilai menjadi faktor lambatnya digitalisasi karena pegawai tidak hanya fokus untuk digitasisasi saja, melainkan juga harus melayani pengunjung yang ingin meneliti naskah kuno," ungkap dia.

Lanjutnya, keterbatasan anggaran juga disebut-sebut menjadi salah satu penyebab lambatnya upaya digitalisasi. Untuk melakukan digitalisasi naskah diperlukan ketersediaan sejumlah item penting.

"Biaya pemeliharaan naskah kuno cukup besar salah satunya pembelian alat penyimpan file berupa compact disk (CD) untuk membackup file gambar naskah kuno," sebut dia.

Digitalisasi yang dilakukan pengelola museum juga belum dapat diakses khalayak luas karena prosesnya baru sebatas pengarsipan. Museum juga belum dapat menyediakan komputer khusus bagi pengunjung untuk dapat mengakses naskah yang sudah didigitalisasi.

Sebagai tindak lanjut, pihaknya mengaku sudah melakukan komunikasi dengan dinas terkait di Pemerintahan Kota Surakarta terkait kondisi museum.

"Kami perlu komputer khusus soalnya naskah kuno termasuk dokumen penting negara sehingga tidak dapat di sebarkan melalui media sosial," kata dia.

Lebih jauh menurutnya, digitalisasi naskah kuno dirasa penting karena merupakan salah satu proses penyelamatan naskah kuno yang lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan teknik pengarsipan lainnya.

"Seperti proses teknik laminasi dari Jepang membutuhkan anggaran yang jauh lebih besar karena bahannya berharga mahal ataupun proses scan yang hanya bisa untuk naskah kuno yang masih dalam kondisi bagus," bebernya.

Museum Radyapustaka menyimpan banyak naskah kuno yang bernilai historis tinggi di antaranya naskah kuno Kalatida karya Ronggowarsito dan naskah tertua di museum adalah Serat Yusuf milik Ratu Mas Blitar istri Pakubuwono Pertama yang dibuat pada tahun 1729. (adr)

(way)