Hard News

Duka Aceh dan Selat Sunda, Seniman Aceh Gelar Teatrikal di Pasar Gede

Jateng & DIY

27 Desember 2018 19:42 WIB

Aksi Teatrikal “Smong” di depan pintu masuk Pasar Gede, Solo, Kamis (27/12/2018). (solotrust-adr)

SOLO, solotrust.com – Tiga orang layaknya “orang gila” melekak-lekukkan bagian tubuhnya dengan lumuran cat tembok warna putih bercampur pigmen warna-warna lain di depan pintu masuk Pasar Gede, Solo Kamis (27/12/2018) siang.

Iringin alat musik Jimbe begitu menderu menggemakan sekitaran pasar. Sementara dua lainnya, khusyuk membaca puisi dan meniup alat musik instrument tradisional Aceh bernama Serune Kalee. Tak khayal, sorot mata dan telinga pengunjung Pasar Gede tertuju kepada para pelaku olah gerak dan suara di tempat yang tak biasa itu.



Rupanya mereka adalah seniman asal Aceh bersama mahasiswa angkatan 2018 Program Doktoral Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Komunikotavisual. Mereka menggelar sebuah aksi teatrikal dan cap tangan pada media papan putih berukuran 60 cm x 90 cm yang ditujukan bagi korban bencana tsunami Selat Sunda sekaligus memperingati 14 tahun peristiwa tsunami yang melanda Aceh.

Aksi tersebut mengusung tema "Smong dari bahasa Aceh yang berarti Tsunami". Teatrikal disertai pembacaan puisi iringan musik perkusi ini diperankan oleh Teuku Afifuddin, Rasyidin, Dedy Kalee, dan Din Perkusi (Seniman Aceh dan Mahasiswa Program Doktoral ISI Surakarta) serta Salman Yoga yang juga seorang seniman tamu asal Aceh.

“Aksi ini kami gelar untuk memperingati 14 tahun bencana tsunami di Aceh serta kepedulian bencana tsunami Selat Sunda, kami juga galang dana untuk kami salurkan kepada korban tsunami di pengungsian,” ucap Basnendar H selaku founder Komunikotavisual saat ditemui solotrust.com.

Salah seorang seniman Aceh, Rasyidin menyampaikan, aksi teatrikal yang ia bawakan menampilkan tragedi dan kisah tsunami Aceh yang terjadi 26 Desember 2004 lalu, yang kemudian digambarkan sebagai cerminan duka bagi korban tsunami Selat Sunda yang menimpa wilayah pesisir Banten dan Lampung menjadi duka seluruh bangsa Indonesia.


“Kegiatan ini sebagai bukti dukungan kepedulian dan empati seniman atas duka korban tsunami dan bencana alam lainnya yang sedang terjadi di Indonesia, warna cat putih dan merah menyimbolkan bangsa Indonesia sedang berduka, dulu waktu bencana Aceh kami begitu bmerasakan, dan kami ingin juga membantu mereka korban tsunami Selat Sunda,” ungkap Afif. (adr)

(way)