Hard News

BNPB: Belum Ada Alat Pendeteksi Longsor Bawah Laut

Hard News

24 Desember 2018 12:15 WIB

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

YOGYAKARTA, solotrust.com- Terjangan tsunami di kawasan Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) malam mengejutkan semua pihak. Gelombang tsunami yang biasa terjadi diawali dengan guncangan gempa, akan selalu memberikan tanda berupa air laut yang tiba-tiba surut, namun berbeda halnya dengan yang terjadi pada terjangan tsunami Sabtu malam lalu.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, terjangan tsunami yang terjadi ini memang berbeda karakter dengan tsunami yang biasanya terjadi diawali gempa. Longsoran bawah laut menurut sutopo masih menjadi kajian serius para peneliti. Salah satu yang menjadi faktor utama mengapa longsoran bawah laut tidak bisa di deteksi diakui Sutopo, baik BNPB maupun BPBD belum memiliki alat yang mampu mendeteksi atau memberikan peringatan dini.



“Sering kali kalau longsoran bawah laut terjadi begitu cepat, belum ada peringatan dininya.” Ungkap Sutopo.

Sutopo menambahkan, melihat fenomena longsoran bawah laut yang terjadi di Indonesia, BNPB merasa perlu untuk mengembangkan sebuah teknologi yang dapat mendeteksi dan memberikan peringatan dini. BNPB bekerjasama dengan kementerian dan kelembagaan mempersiapkan perpres Multi Hazard Early Warning System, yaitu sistem peringatan dini yang menggabungkan semua potensi bencana alam, mulai dari tanah longsor, banjir hingga tsunami. 

“Ini keempatan untuk mengembangkan teknologi baru sistem peringatan dini, yang sumbernya dipicu oleh longsor bawah laut maupun aktifitas gunung.” Jelasnya.

Menurut Sutopo kejadian tsunami yang diakibatkan longsoran bawah laut bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia. Sebelum tsunami menerjang Banten, gelombang tsunami yang disebabkan longsoran bawah laut juga terjadi di Palu, Sulawesi Tengah dan di Maumere. (adam)

 

(wd)