Pend & Budaya

Kukuhkan 2 Guru Besar Kedokteran, Rektor UNS: Kado Indah Akhir Tahun

Pend & Budaya

12 Desember 2018 12:03 WIB

Rektor UNS, Ravik Karsidi saat mengukuhkan kedua guru besar FK UNS di Auditorium UNS, Selasa (11/12/2018).

SOLO, solotrust.com - Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Prof Ravik Karsidi tak bisa menyembunyikan rasa bangganya atas dikukuhkannya dua guru besar di Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Bidang iImu Obstetri dan Ginekologi pada Fakultas Kedokteran (FK).

Dua guru besar tersebut yaitu Prof Dr Endang Sutisna Sulaiman dr MKes dan Prof Dr Sri Sulistyowati dr Sp OG/K. Keduanya merupakan guru besar yang ke-195 dan ke-196 untuk tingkat universitas dan guru besar ke-40 dan ke-41 di FK UNS.



"Ini menjadi kado terindah akhir tahun untuk UNS," ungkap Ravik saat memberikan sambutan dalam upacara Pengukuhan Guru Besar di Auditorium UNS, Selasa (11/12/2018).

Ravik menyampaikan, dengan bertambahnya guru besar tentu akan berkorelasi dengan kualitas sumber daya manusia dan kapasitas kelembagaan UNS di dalam mengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi.

"Prof Endang menguasai kepakaran dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat yang dari hari ke hari masalah kesehatan masyarakat ini menjadi masalah utama dalam membangun kualitas manusia seutuhnya. Sebagaimana tadi telah kita ikuti bersama dalam orasi Prof Endang yang memaparkan tentang 'Membumikan Keadilan, Pemberdayaan dan Promosi Kesehatan'," papar Ravik.

Demikian juga Sri Sulistyowati ke depan akan semakin berperan penting dalam transformasi keilmuan dan pengetahuan dalam kepakaran bidang ilmu Obstetri dan Ginekologi bagi kemajuan ilmu kedokteran.

"Sebagaimana tadi juga kita dengar bersama orasi beliau yang diberi judul 'Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu Yang Disebabkan Preeklampsia Dengan Model Disfungsi Endhotel'," tutur Ravik.

Pada kesempatan itu Endang menuturkan, tantangan kesehatan masyarakat adalah mengatasi ketidakadilan, ia berharap keadilan dalam kesehatan itu perlu diperluas. Fokus keadilan kesehatan yang dimaksud adalah kemudahan akses, pemerataan, dan perolehan pelayanan.

"Tiga dimensi keadilan kesehatan yaitu keadilan dalam status kesehatan, keadilan dalam  penggunaan layanan kesehatan, dan keadilan dalam pembiayaan kesehatan," jelasnya.

Sementara itu, Sri Sulistyowati dalam orasinya menjelaskan tentang preeklampsia yang adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan tanda-tanda kerusakan organ.

Dalam pemaparannya, Sulistyowati menyampaikan bahwa preeklampsia secara klinis dapat ditandai dengan adanya hipertensi (tekanan darah Sistole ≥140 mmHg atau tekanan darah Diastole ≥ 90 mmHg) dan proteinuria (≥ 300 mg/24 jam) setelah usia kehamilan 20 minggu.

"Preeklampsia masih merupakan penyumbang utama kesakitan dan kematian pada ibu maupun janin," ungkap dia.

Ditambahkannya, model disfungsi endothel sebagai model preeklampsia direkomendasikan menjadi masukan bagi peneliti untuk menemukan hal yang berkaitan dengan preeklampsia untuk mengetahui penyebab maupun terapi sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu yang disebabkan preeklampsia. (adr)

(way)