Hard News

Analisis Lengkap Penyebab Meninggalnya Kiper Choirul Huda

Hard News

15 Oktober 2017 23:48 WIB

Choirul Huda. (Twitter)

LAMONGAN, Solotrust.com - Kiper Persela Lamongan, Choirul Huda dinyatakan meninggal di RSUD dr Soegiri Lamongan usai berbenturan dengan rekam se timnya saat menghadapi Persela Lamongan pada pekan ke-29 Liga 1 Indonesia 2017, Minggu (15/10/2017). Berikut ini penjelasan lengkap Kepala Unit Instalasi Gawat Darurat rumah sakit tersebut, Dokter Yudistiro Andri Nugroho.
 
"Choirul Huda mengalami trauma benturan dengan sesama pemain, sehingga terjadi apa yang kita sebut henti nafas dan henti jantung. Oleh teman-teman medis di Stadion sudah dilakukan penanganan pembebasan jalan nafas dengan bantuan nafas. Kemudian dirujuk ke UGD RSUD dr Soegiri. Di ambulance juga ditangani secara medis untuk bantuan nafas maupun untuk penanganan henti jantung. Sesampainya di UGD segera ditangani," ujar dr Yudistiro sebagaimana rilis yang dikirimkan ke sejumlah media, Minggu (15/10/2017). 
 
"Kita lakukan pemasangan alat bantu napas yang sifatnya permanen. Kita lakukan inkubasi dengan memasang alat semacam pipa nafas. Itu yang menjamin oksigen bisa 100 persen masuk ke paru-paru. Dengan itu kita harapkan kita melakukan pompa otak sama jantung. Sempat ada respon dari Choirul Huda dengan adanya gambaran kulit memerah, tetapi kondisnya tetap semakin menurun. Pompa jantung dan otak itu dilakukan selama 1 jam tidak ada respon. Tidak ada reflek tanda-tanda kehidupan normal. Kemudian kita menyatakan meninggal pada pukul 16.45. Kita sudah mati-matian untuk mengembalikan fungsi vital tubuh Choirul Huda," terang Yudistiro.
 
"Sesuai analisa awal benturan ada di dada dan rahang bawah. Ada kemungkinan trauma dada, trauma kepala, dan trauma leher. Di dalam tulang leher itu ada sumsum tulang yang menghubungkan batang otak. Di batang otak itu ada pusat-pusat semua organ vital, pusat denyut jantung, dan napas. Mungkin itu yang menyebabkan Choirul Huda henti jantung dan henti nafas. Itu analisa awal kami, karena tim kami tidak sempat melakukan scaning karena Mas Huda tidak layak transport dengan kondisi kritis seperti itu. Kita tidak bisa mengkondisikan untuk dibawa ke Radiologi. Kita lebih menangani kondisi awal,” pungkasnya. (dbs-Abd)

(Redaksi Solotrust)