Serba serbi

Google Mundur Dari Proyek Maven, Tak Akan Gunakan Kecerdasan Buatan Untuk Senjata

Teknologi

9 Juni 2018 23:03 WIB

CEO Google, Sundar Pichai (dok.thehansindia).

Solotrust.com –  CEO Google, Sundar Pichai pada Kamis (7/6/2018) lalu baru saja mengumumkan via blog google bahwa mereka tidak akan menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk senjata maupun teknologi yang tujuannya menyebabkan atau secara langsung memfasilitasi untuk melukai orang.

Google yang sudah menjadi anggota dari kemitraan kecerdasan buatan bersama dengan puluhan perusahaan teknologi lain ini telah menerima kritikan keras karena kontraknya dengan Pentagon dalam program bernama Algorithmic Warfare Cross-Functional Team atau yang dikenal dengan Proyek Maven.



Proyek Maven ini menggunakan perangkat lunak pembelajaran mesin untuk melihat dengan jelas antara orang dan benda dalam video pesawat tanpa awak (drone) yang akhirnya dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi serangan drone dalam medan perang.

Proyek ini menuai kritik keras dari karyawan Google sendiri dan dari pihak lain. Lebih dari 3000 karyawan Google menyampaikan petisi penolakan terhadap keterlibatan perusahaannya dengan Departemen Pertahanan Amerika Serikat tersebut.

“Kami percaya bahwa Google harusnya tidak berada dalam bisnis perang,” begitu bunyi awal petisi yang kemudian dilanjutkan dengan kekhawatiran bahwa proyek tersebut bisa merusak brand mereka sendiri dan juga kepercayaan di kalangan publik.

Google sendiri memiliki motto ‘Don’t Be Evil’ atau ‘Jangan Jahat’ dan tindakan tersebut dianggap bertentangan dengan nilai-nilai inti mereka sendiri. Hasilnya, kontrak itupun akhirnya tidak akan diperpanjang.

Kendati demikian, Google akan tetap melanjutkan pekerjaaan mereka dengan pemerintah dan militer di berbagai bidang lain, misalnya cybersecurity, training atau seach and rescue.

Dalam postingan tersebut, Pichai juga telah menetapkan tujuh prinsip untuk aplikasi kecerdasan buatan Google. Dia mengatakan Google akan mengembangkan kecerdasan buatan untuk membantu orang-orang dalam mengatasi masalah yang mendesak, seperti memprediksi resiko kebakaran hutan, membantu peternak dalam memantau kesehatan ternaknya dan membantu dokter untuk mendiagnosis penyakit kanker dan mencegah kebutaan.

“Kami sadar bahwa teknologi secanggih itu menimbulkan pertanyaan yang sama kuatnya terhadap penggunaannya. Bagaimana kecerdasan buatan itu dikembangkan dan digunakan akan memiliki dampak yang signifikan pada masayarakat dalam tahun-tahun yang akan datang. Sebagai pemimpin dari kecerdasan buatan, kami merasakan tanggungjawab yang mendalam untuk bisa menggunakannya dengan baik,” terangnya.

Keputusan Google ini sendiri mendapat respon positif dari masyarakat, seperti dari The Electronic Frontier Foundation. Mereka merespon ini sebagai ‘sebuah kemenangan besar dari prinsip etik kecerdasan buatan’.

“Selamat untuk Googlers dan juga orang-orang lain yang telah berusaha keras untuk membujuk perusahaan untuk membatalkan pekerjaan mereka di Proyek Maven,” cuit EFF dalam Twitternya. (Lin)

(wd)