BANDUNG, solotrust.com - Semenjak diturunkan status aktivitasnya pada 10 Februari 2018 lalu dari level IV (awas) ke level III (siaga), Gunung Agung masih menunjukkan aktivitasnya, namun dengan eksplosivitas rendah.

"Berdasarkan pengamatan visual dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) kita di Rendang, sebulanan terakhir ini Gunung Agung aktivitas erupsinya rendah, eksplosivitas dan frekuensi kejadiannya juga rendah," ungkap Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kasbani, Selasa (29/05/2018).

Ditambahkan, hingga 29 Mei 2018, gunung dengan ketinggian 3142 mdpl ini masih menunjukkan erupsinya. PGA Rendang mencatat pada pukul 05.39 waktu setempat muncul kolom abu berwarna putih sampai kelabu setinggi +- 500 m di atas puncak dengan intensitas sedang condong ke arah Barat Daya.

"Seismograf kami merekam kalau amplitudonya itu mencapai maksimum 6 mm dan durasinya +- 4 menit 25 detik. Juga terjadi satu kali gempa letusan dan satu kali gempa terasa," lanjutnya, dilansir dari laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, esdm.go.id.

Kepala PVMG meminta masyarakat tidak perlu panik dan khawatir dengan kondisi Gunung Agung saat ini. Masyarakat tetap dapat beraktivitas seperti biasa karena pada status siaga, kawasan bahaya hanya berlaku pada radius 4 km dari kawah puncak gunung.

"Wisatawan dan warga sekitar untuk dapat menghentikan dulu kegiatan pendakian dan melakukan aktivitas apapun di zona prakiraan bahaya. Kami pasti akan informasikan terus kondisi terkini Gunung Agung," kata Kasbani.

Masyarakat bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran sungai berhulu di Gunung Agung juga diminta mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan. Ancaman bahaya ini dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak. Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai berhulu di Gunung Agung.

(and)