Pend & Budaya

Idenya Ditolak di Indonesia, Siswa SMA Ini Justru Diundang Presentasi di Google

Pend & Budaya

23 November 2017 10:56 WIB

Christopher Farrel Millenio Kusuma saat berada di depan markas Google di Mountain View, California (dok. Instagram @farrel_millenio)

SOLO, solotrust.com - Siapa tak kenal Google? Mesin pencari yang satu ini begitu lekat dalam keseharian kita. Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, platform daring kian penting dalam mengakses kebutuhan manusia. Mulai dari berita, resep masakan, hiburan, buku, lokasi, surat menyurat, penyimpanan data, semuanya bisa dicari lewat bantuan Google.

Didirikan pada tahun 1998 oleh Larry Page dan Sergey Brin dan berkantor pusat di Mountain View California, Google menjadi tempat idaman bagi siapa saja yang tertarik dengan dunia teknologi.



Adalah Christopher Farrel Millenio Kusuma, siswa kelas XI MIPA 5 SMA 8 Yogyakarta yang beruntung bisa diundang perusahaan yang juga telah membeli situs Youtube pada tahun 2006 tersebut. Siswa laki-laki alumni SD Tumbuh (Sekolah Tumbuh) ini menjadi satu-satunya siswa SMA asal Indonesia yang diundang untuk mempresentasikan idenya di markas Google.

Farrel, begitu ia akrab disapa, mempresentasikan karyanya tentang “Data Compressing With E6 and Nevral Network Algorithm For Loseless Data”. Kendati diterima Google, namun sebelumnya Farrel harus bersabar karena gagasannya tersebut justru ditolak di negeri sendiri.

Semua dimulai dari tahun 2016 di mana ia mengajukan gagasan berjudul “Data Compression using EG anf Neutral Network Algorithm for Lossless Data” di berbagai kompetisi di Indonesia namun ditolak sebanyak 11 kali.

Pantang menyerah, ia kemudian mengajukan judulnya tersebut kepada Google dan akhirnya Google mengundangnya untuk mempresentasikan idenya tersebut. Gagasannya adalah pola data bisa dicari dengan menggunakan saraf tiruan.

Dalam aktivitasnya di Google tersebut, Farrel juga mengungkapkan bagaimana budaya Google itu sendiri. Dia mendapati bahwa orang-orang di sana saling bertukar ide tanpa merasa takut ide mereka akan diambil yang lain. Keinginannya untuk terus bisa berbagi ilmu kepada orang lain pun makin tinggi pasca menerima pesan dari pihak Google.

“Untuk apa memiliki ilmu yang banyak tapi saat mati tidak berguna untuk dunia ini. Lebih baik ilmunya  diberikan kepada yang lain,” tuturnya menirukan pesan saat diskusi di markas Google seperti yang dilansir dari Tribbun News, Rabu (22/11/2017).

Selamat Farrel! Semoga dengan karyanya bisa berkontribusi positif bagi dunia ini!

 

(Lin-way)

(Redaksi Solotrust)