Pend & Budaya

UNS Gelar Konferensi Internasional Tentang Mitigasi Perubahan Iklim

Pend & Budaya

28 November 2018 12:05 WIB

Suasana The 3rd ICCC 2018 di Hotel Alana Surakarta, Selasa (27/11/2018). (solotrust-adr)

SOLO, solotrust.com –  Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar The International Conference on Climate Change (ICCC) yang bertajuk "Climate Change Adaptation and Mitigation: Learning from the Past for Sustainable Strategy Development". Konferensi internasional itu digelar selama dua hari pada 27-28 November 2018 di Hotel Alana Surakarta.

Konferensi tersebut merupakan wujud komitmen UNS sebagai kampus yang peduli terhadap permasalahan lingkungan global. Dalam acara tersebut membahas mengenai strategi dan mitigasi dampak dari perubahan iklim global.



“Kegiatan ini menjadi wadah bagi para praktisi dan peneliti yang bergerak di bidang lingkungan dan perubahan iklim untuk sharing infomasi dan mendiskusikan strategi memilinalisasi dampak perubahan iklim,” kata ketua panitia, Komariah, saat dijumpai solotrust.com di sela-sela acara, Selasa (27/11/2018).

Ia mengatakan, dalam konferensi itu para pembicara menyampaikan aspek dampak perubahan iklim dari berbagai perspektif yang berbeda menurut bidang keilmuan masing-masing, baik pertanian, hukum, lingkungan, teknik dan lain sebagainya.

“Dari dua kali gelaran sebelumnya, kami menilai interesting atau perhatian terhadap lingkungan semakin meningkat di lingkungan masyarakat, menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya peran semua pihak untuk meminimalisir dampak perubahan iklim lebih meningkat,” ujar Komariah.

“Karena ini multidisiplin memang tidak spesifik, misal dari pertanian penekanan strategi mitigasi yang diambil seperti agroforestry, rotasi tanaman, kemudian mengurangi penggunaan pupuk kimiawi, kemudan dari aspek hukum, seperti adanya perhatian khusus terhadap sanksi para perusak lingkungan, jadi bagaimanna memperbaiki sistem yang ada,” imbuhnya.

Satu hal yang unik dari penyelenggaraan ICCC ketiga oleh Pascasarjana UNS tahun 2018 ini adalah konsep paperless conference, di mana penggunaan kertas diupayakan seminimal mungkin. Materi-materi konferensi dimuat pada aplikasi yang berbasis Android dan Apple, peserta  dapat dengan mudah mengunduh dan memasangnya secara gratis pada ponsel pintar masing-masing.

“Peserta tidak mendapatkan materi dalam bentuk cetakan, peserta dapat dengan mudah mengikuti dan memantau rangkaian kegiatan dari ponsel cerdas masing-masing. Hal ini merupakan upaya UNS dalam menjaga komitmen sebagai green campus guna meminimalisasi pemanasan global akibat penggunaan kertas yang berlebihan,” ungkapnya.

Hadir sebagai narasumber dalam ICCC ketiga tahun 2018 (The 3rd ICCC 2018) di antaranya Prof Dr M Zafarullah Khan (Agriculture University of Peshawar, Pakistan), Assoc Prof Dr Isao Hirota dan Assist Prof Dr Keigo Noda (Gifu University, Jepang), Prof Dr Meine Noordwijk (Wageningen University, Belanda) yang juga merupakan peneliti senior di World Agroforestry Center dan ICRAF, kemudian Prof  Dr Hidayat Pawitan (Institut Pertanian Bogor), Prof Dr Kurniatun Hairiah (Universitas Brawijaya); dan Prof Dr Agr Sc Vita Ratri Cahyani (Pascasarjana UNS).

Sesi pertama untuk pembicara kunci dan pembicara undangan terdiri dari empat negara dan dihadiri oleh sekitar 250 peserta. Sedangkan tanggal hari ini adalah sesi kedua untuk presentasi para penulis (author) yang telah mengirimkan artikelnya untuk dipublikasikan di prosiding. Sesi kedua diikuti oleh 75 peserta dari berbagai negara seperti Australia, New Zealand, Jepang, Malaysia, Rusia, Pakistan, dan Indonesia.

“Beragamnya asal negara pembicara dan peserta pada The 3rd ICCC 2018 menunjukkan bahwa komitmen UNS sebagai kampus di Indonesia yang benar-benar peduli terhadap perubahan iklim global semakin mendapat pengakuan dari dunia internasional,” tuturnya.

Semenara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Sutarno berharap konferensi ini dapat menghasilkan sebuah solusi untuk persiapan dan meminimalisir dampak dari perubahan iklim. Menurut Sutarno, saat ini di Jawa cuaca sudah sulit diprediksi, sistem penentuan Pranoto Mongso atau penentuan musim menurut kalender yang diwariskan oleh orang Jawa kuno dari mulut ke mulut kini dinilai sudah tidak relevan dijadikan patokan.

“Diharapkan melalui konferensi ini memberikan masukan-masukan bagi pemerintah yang kemudian menjadi acuan mereka dalam mengambil sebuah kebijakan terkait lingkungan, serta diperlukan peran serta semua pihak baik pemerintah, perguruan tinggi dan seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan kita,” tandas dia. (adr)

(way)