Serba serbi

Atlet Tertua Asian Games Ini Akan Sumbang Rp1,5 M Jika Raih Emas

Olahraga

16 Agustus 2018 02:02 WIB

Michael Bambang Hartono, atlet senior dari Indonesia berusia 78 tahun yang akan bertanding dalam cabor bridge (Dok asiangames2018.id)

SOLO, solotrust.com - Usia memang tidak bisa menghalangi seseorang untuk membela kehormatan bangsanya di dunia olahraga, termasuk dalam Asian Games 2018 yang merupakan pesta olahraga terbesar se-Asia.

Dalam Asian Games ke-18 ini, Michael Bambang Hartono merupakan atlet paling senior dari kontingen Indonesia. Berusia 78 tahun, ia akan berlaga dalam cabang olahraga bridge.



Pria kelahiran 2 Oktober 1941 yang merupakan pengusaha dari perusahaan rokok PT Djarum tersebut baru saja menuntaskan perjalanannya selama hampir dua bulan keliling Eropa dan Amerika Serikat untuk mengikuti serangkaian uji coba.

Dalam usianya yang hampir memasuki kepala delapan, Bambang masih terlihat gesit meski secara fisik sudah terlihat banyak kerutan di wajahnya.

"Saya bermain bridge agar tidak cepat pikun, hobi saya yang lain adalah senam taichi yang banyak membatu agar tetap fokus," kata Bambang di kantor PB Djarum di kawasan Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.

Berbeda dengan pengusaha yang lebih suka bermain golf, Bambang mengakui lebih tertarik bermain bridge karena olahraga itu memberikan lebih banyak tantangan.

"Di olahraga bridge, ada bidding, yaitu mengumpulkan data untuk dianalisa, disimpulkan dan kemudian diputuskan strategi apa yang akan diambil saat bertanding," kata Bambang sambil menambahkan bahwa pengusaha AS Bill Gates dan pemimpin China Deng Xiao Ping juga merupakan penggemar bridge.

Bambang yang sudah jatuh cinta pada bridge sejak usia enam tahun ini juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (PB GABSI).

Bambang mengakui bahwa bukan hal yang mudah untuk memperjuangkan agar bridge dipertandingkan di pentas Asian Games 2018. Dibutuhkan usaha keras untuk menyakinkan petinggi Komite Olimpiade Asia (OCA) asal Kuwait, Ahmad Al-Fahad Al-Sabah bahwa bridge adalah jenis olahraga yang sudah mendunia sehingga pantas untuk dipertandingkan.

"Tadinya OCA sempat menolak bridge dipertandingkan karena dianggap berbau judi. Mereka baru bisa menerima setelah dijelaskan bahwa pemain kelas dunia justru berasal dari negara Islam seperti Pakistan, Mesir dan Bangladesh," katanya.

Setelah perjuangan PB GABSI untuk mementaskan bridge di Asian Games 2018, mimpi Bambang berikutnya adalah mengantarkan Indonesia meraih medali emas di hadapan pendukung sendiri.

Sebagai pengusaha dari perusahaan raksasa, bonus sebesar Rp1,5 miliar bagi peraih emas seperti yang dijanjikan Pemerintah tentu bukan menjadi motivasi utama Bambang, yang mengawali karir sebagai atlet bridge sejak tahun 1951.

"Kalau nanti saya berhasil meraih medali emas, bonus dari pemerintah akan saya sumbangkan kepada organisasi untuk pembinaan," katanya.

Dalam rentang waktu puluhan tahun sebagai pemain bridge, Bambang mengakui bahwa pengalaman yang paling berkesan adalah saat melakukan perjalanan maraton untuk menjalani uji coba selama hampir dua bulan berkeliling Eropa dan Amerika Serikat beberapa waktu lalu.

Melihat persiapan panjang tersebut, Bambang yang turun di nomor super mixed team bersama atlet senior lainnya Bert Toar Polii, menyatakan optimistis bahwa cabang bridge akan berhasil menemuhi target menyumbang dua medali emas.

Di Asian Games 2018, cabang olahraga bridge akan digelar di JI-Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat 21 Agustus-2 September 2018. (Lin)

(way)